"Waode, macam mana pula kau,kita disini mau bersenang senang jangan menangis lah kau". Kata Putri yang asli dari tanah Batak ini.
"Ku kasih tahu kau ya dengarkan baik baik ucapanku ini, kalian juga ya!" ujarnya sambil menatap keempat teman lainya.
"Jika dunia semata kumpulan peta. Jarak hanyalah angka. Jika Wanita dijadikan obyek belaka. Hempaskan deritamu. Raihlah bahagiamu walau beda Benua!" ujar Putri berlagak seorang penyair handal.
 Memang diantara pertemanan mereka Putrilah yang paling aktif dan menghidupkan suasana. Perempuan cantik bermata indah ini supel dan smart.
"jadi ingat kita adalah perempuan perempuan tangguh yang bisa mandiri dan punya harga diri. Jika lelakimu tak mampu menghargai mu, tak mungkin dia akan me ratukanmu. Tapi lihatlah kalian mendapatkan perlakuan dua duanya di sini" Sambung Putri Panjang lebar.
"Dan satu lagi, kebencian tak akan membuat hati tenang maka lupakan masa lalu, kita layak Bahagia" Vita menimpali.Â
Mereka saling berpelukan menguatkan satu sama lainya.Â
"Bahagia kita yang ciptakan, ingat itu" Karin yang paling imut berbisik menambahkan.
Kapal Kembali merapat ke dermaga semula. Kemegahan masjid Camlica dengan enam Menara yang begitu anggun seakan menyambut wisatawan yang turun dari kapal.Â
Di iringi suami masing masing dibelakang mereka, ke lima perempuan perempuan itu memasuki masjid untuk menunaikan sholat Ashar sebagai wujud rasa syukur dan penghambaan pada yang Maha Kuasa.
*gelin =pengantin