"Arine mau peluk Bian, boleh?"
Kamu mengangguk, menyetujui permohonanku. Aku beranjak mendekatimu. Kamu langsung membuka tangan dan memelukku. Aku memejamkan mata. Mendengar detak jantungmu. Rasakan peluk ini, bisikku dalam hati. Nol sentimeter antara tubuhku dan tubuhmu yang tak lama lagi akan menjadi jutaan, miliaran bahkan tak terhingga jaraknya karena aku akan melepasmu. Pedih, namun inilah kenyataannya. Pergilah. Kamu tak layak didera, begitu pun aku. Entah bagaimana cara kita mendera satu sama lain, tapi aku tahu pasti, kita akan bahagia bila kita saling melepas. Itu lebih baik daripada mempertahankan kosongnya, mempertahankan sakitnya, cinta yang tak lagi sama. Maka...
"Arine sayang Bian. Tapi kalau Bian sayang Dewi, ya sudah." ucapku sebelum akhirnya menarik diri dan melepaskan dirimu.
***selesai***
Tulisan ini dimuat di Majalah Kawanku,
No. 83 - 2010, Edisi 06 - 20 Oktober 2010
Oleh : Birgitta Ajeng Destika Putriningtyas
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI