"Yo suwun", Jawab Lodi sambil tersenyum. Memang pakaian yang dibelikan Ucik ini sangat seksi harganya pasti mahal.
Ah tidak peduli. yang penting bisa mengubah nasibku pikir Lodi. Melihat gaya hidup Ucik selama ini, mata Lodi menjadi silau.
"Yuk, kita kembali ke mobil, kamu bawa belanjaanmu, aku sudah bayar semua", Kata Ucik. Lalu ia menggandeng Lodi menuju mobil.
Sepanjang perjalanan dalam mobil itu, Lodi berpikir. Alangkah mudahnya Ucik mencari dan menghamburkan uang.
Padahal dulu ketika masih tinggal di gang Kelinci, hidup Ucik tidak lebih baik dari nasibnya, sama- sama pernah mengamen. Hanya saja Ucik terlihat sering berganti - ganti pacar, supir- supir terminal juga preman pasar.
Selama ini Ucik mendapat tambahan uang dengan menjadi perempuan penghibur sambil bekerja di kafe. Tetapi penghasilannya sedikit sekali sehingga ia bertahan di gang Kelinci. Ia tak puas dengan penghasilannya yang tidak pasti.
Tidak heran bila akhirnya Ucik tergiur mengembangkan sayapnya dengan menjaring perempuan - perempuan lugu dari desa yang ingin mencari pekerjaan di kota. Sejak saat itu kehidupan seorang Ucik berubah drastis.
Terakhir Lodi tahu bahwa Partiyem pembantu bik Yah di warung soto itupun akhirnya menemui Ucik untuk minta dicarikan pekerjaan, lima orang adik- adiknya di desa membutuhkan biaya, sementara bapaknya sakit kanker hati. Membutuhkan biaya berobat yang tidak sedikit.
Dengan sadar Lodi tahu betul, kehidupan seperti apa yang dijalani Ucik. Yaitu dunia malam, menjadi penghibur laki- laki. Apapun istilahnya Lodi tidak peduli.
Akhirnya sampai juga mereka di sebuah tempat di mana Ucik mempunyai usaha diskotik dan Café sebagai salah satu bisnisnya.
Suasana siang ini begitu sepi dan lengang. Pintu - pintu tertutup rapat. Sepertinya tempat ini jauh dari gambaran kehidupan gemerlap malam.