Mohon tunggu...
Bidan Care / Romana Tari
Bidan Care / Romana Tari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bidan Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup,\r\n\r\nMari hidup sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perempuan Gang Kelinci Joyoboyo [1]

4 Mei 2012   13:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:43 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Jangan sombong dulu bos!" Kata Jepri.

Temannya yang satu tampak bergumam sembari menghisap rokok di sudut bibirnya. Mata sipitnya tertuju   pada deretan  kartu  domino di tangan kirinya  sambil  mengerutkan  kening. Dia juga  tidak mau terima dengan kekalahan berjudi kali ini.

"Kau tenang -tenang  sajalah Jep! si Somad  menangpun  juga tidak  ada artinya. Ingat, dia berhutang  banyak  pada kita  kemarin " kata Badri menyambung  perkataan  Jepri sambil tertawa  mengejek Somad.

Badri yang  dikenal sebagai  preman di pasar Wonokromo itu, meraih  botol Whisky. Di tangan  kirinya kartu domino tersusun rapi seperti sebuah kipas. Di lengannya  terlihat bekas luka jahitan sepanjang limabelas sentimeter.

Tak jauh dari meja judi itu, seorang perempuan bertubuh seksi dengan memakai rok jeans mini warna hitam, berdiri  sambil bersandar di dinding triplek. Bibirnya mengepulkan asap rokok.

Digenggaman tangan kanannya, sebotol whisky kosong. Dengan sempoyongan perempuan itu  berjalan menuju  ketiga  laki - laki  bertato yang sedang  asyik  bermain judi. Tak ada satupun dari mereka yang peduli pada perempuan yang sedang mabuk itu. Langkahnya tampak limbung.

"Cak, menang maneh yo? Bagi - bagi rejeki rek!"

Perempuan itu tertawa genit  sambil menyapa mereka. Lalu ia berdiri mendekat  meja judi dan  mencolek si tambun. Dipamerkannya  gambar tato kupu-kupu di punggungnya.

"Ha-ha-ha-ha.." ketiga lelaki itu tertawa bersama. Mereka tidak menggubris kedatangan perempuan bertato kupu - kupu itu.

Derai tawa mereka berhenti ketika melihat Arlisa dan Reni lewat. Perempuan yang sedang mabuk itu  juga ikut memandang tajam ke arah Arlisa. Matanya seolah menyelidiki Arlisa dari ujung rambut  sampai ujung kaki. Seperti  melihat  mahkluk  asing  turun  dari langit.

Ketakutan perlahan  mulai menyergap hati Arlisa. Reni lalu   menggandeng  tangan dan  menariknya dengan kuat. Tak lama melangkah, mereka sampai di rumah Reni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun