Dengan tersedu -sedu  Reni  mengusap- usap tepi luka kakinya. Dia menggigit bibir untuk menahan rasa nyeri dan perih .
Beruntung seorang  gadis  lewat . Dia  berhenti  dan  berbicara  dengan Lodi  dan Reni. Tampaknya gadis itu berniat akan menolong.
"Dik ,ayo ikut kakak ke rumah , biar saya obati lukamu" ujar gadis itu. Ia menawarkan bantuan.
Kedua  bocah  perempuan  itu terlihat saling  berpandangan.Reni  tampak  ragu - ragu  untuk  menjawab. Ditatapnya  wajah  sahabatnya  untuk  meminta  persetujuan. Lodi lalu mengangguk setuju.
Beberapa  saat kemudian dipapahnya Reni naik ke atas becak  yang ditumpanginya .Gadis bernama Arlisa. Bekerja sebagai perawat  di  sebuah  rumah sakit sebelah utara terminal Joyoboyo.
Setiba  di  rumah  kontrakan Arlisa, Reni dibaringkan  di  atas tempat  tidur. Dengan cekatan tangan Arlisa membersihkan luka pada kaki Reni dan membalutnya.
"Sakit  sedikit  ya  Reni, memang  agak  perih di  beri obat, tapi lukamu akan segera sembuh" kata Arlisa. Ia menjelaskan sambil membalut luka. Reni mengangguk  lalu memandang wajah Arlisa penuh kekaguman.
Lodi memilih menunggu sambil duduk  di  sebuah kursi rotan, tak  jauh dari Reni. Dia memperhatikan gerak - gerik Arlisa  dari tadi. Di  pandanginya gadis itu berulang kali. Sesekali dilihatnya Reni  yang meringis kesakitan.
"Kalian  tunggu  sebentar  ya, kakak  akan  ke  apotik , membelikan Reni  obat antibiotik" kata Arlisa.
Kedua  anak  itu  hanya mengangguk lalu terdiam. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka. Hampir setengah jam kebekuan  terjadi.
Arlisa muncul di depan pintu kamar sambil membawa tas plastik putih bercap apotik Waras.