Lodi dan Reni dibesarkan  di  gang Kelinci. Usia mereka sebenarnya  sebaya. Tetapi postur tubuh Lodi lebih besar dan tinggi dibanding  dengan Reni, potongan rambutnya pendek cepak seperti anak laki-laki.
Lodi juga sangat pemberani. Sementara Reni  tubuhnya kurus, dengan bentuk wajah tirus dan mungil . Reni lebih   pendiam dibandingkan  sahabatnya itu, membuat dia dikenal sebagai anak pemalu.
Meskipun berbeda karakter, keduanya  tetap tidak terpisahkan. Setiap  selesai  sekolah kedua bocah perempuan itu mengamen di terminal. Mereka juga sering terlihat bermain bersama.
Sore  itulah  kebersamaan  mereka  pun  teruji. Sebuah  sepeda  motor melintas  cepat menyerempet sepeda Lodi dan Reni. Mereka terjatuh.
Kedua bocah itu  tertindih  sepeda yang mereka kendarai. Kaki kanan Reni terluka. Kulit pembungkus tulang  kering  kaki kanan Reni terkelupas. Tak lama kemudian darah mulai mengucur deras dari luka itu.
"Aduuuh....sakit sekali kakiku" Reni menjerit sambil meringis kesakitan.
Lodi menyandarkan  sepedanya, lalu berjongkok di samping  sahabatnya  yang  sedang menangis menahan sakit.
Mendengar tangisan Reni, Lodi mulai panik.Wajah Reni yang mengiba  dan  linangan  airmatanya semakin menambah kegugupan Lodi. Tak ada satupun kata terucap  dari  bibirnya.
Lodi  menatap  lekat  ke  luka  Reni .Rasa  iba  mulai mencekam dirinya .Kecemasan  bercampur ketakutan akan mendapat  kemarahan  orang tua  Reni  terus menyelimuti benaknya.
"Diamlah  Ren! Jangan menangis terus" bentak Lodi. Ditariknya lengan kiri sahabatnya  itu  dengan  gugup. Reni dipaksa  bangun. Bentakan  Lodi  membuat  Reni terdiam.
Matanya yang cekung mengerjap sambil  memandang  Lodi  dengan  takut. Reni pun mulai sesenggukan. Air mata  tak  mampu  tertahan, membasahi kedua pipi yang tirus dan pucat itu.