Mohon tunggu...
Datuak Bandaro Sati
Datuak Bandaro Sati Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Coffee

Secangkir ialah rasa; ribuan cangkir juga rasa. Seberapapun, semua tentang rasa. Warna yang serupa tiada bisa untuk saling membatasi! #CoffeeTime

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

#CoffeeTime Cerita Singkat untuk Mbak Sri

18 Juli 2019   10:32 Diperbarui: 18 Juli 2019   10:39 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang bisa aku bantu? Sembari melemparkan senyuman.

Ada, tapi aku lupa (Jawab Sri sembari menyunggingkan tepian bibirnya).

Ya sudah, aku kasih waktu untuk kamu memikirkan apa yang bisa aku bantu. Nanti kalau sudah ingat jawabannya; hubungi aku di nomor yang tertera di bawah ini *Memperagakan gerak Host acara-acara di siaran televisi Swasta*...

Hahaha,... *Cantik* sontak dia tertawa seperti orang tanpa masalah dan berkata, Makasih ya...

Lagi dan lagi terimakasih. Terimakasih kedua yang tak pernah aku jawab dan pernah terlontar dari mulutnya(Mungkin hatinya) untukku..

Dosen Pancasila tidak masuk hari ini, ucap Fadly(seorang Polisi yang juga satu kelas dengan kami) kata beliau, Minggu depan kita isi Absen ganda bagi siapa yang sudah mengumpulkan Tugas.

Asiiikkkk....Teriakku.,

Kenapa Asik bang? Kan kita bisa melanjutkan cerita kalau Dosen tidak masuk. Tersipu malu, Sri mengangguk ya ya ya...

Hingga Senja di ufuk Barat yang begitu mempesona, kami bercerita panjang lebar dan saling tanya-jawab satu sama lain.

Sejenak kami  sama sama terdiam...

Ahh.. Sebentar lagi senja. Senja yang membuatku terbuai hingga aku lupa akan segalanya. Ya, segala masalah yang membuatku gundah, resah dan gelisah. Aku benci ketika kerap seorang diri. Karena, kenangan-kenangan masalaluku akan muncul lagi dalam memori ingatanku. Dan luka itu akan menganga kembali. Perih. Dan pada akhirnya sesak, seakan paru-paruku terhimpit. Menunggu datangnya senja membuat pikiranku berjalan jauh menapaki lorong masa lalu. Namun, senja pulalah yang melegakan hati ini. Hingga sesak itu sejenak pergi. Ucapnya saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun