Dua jam berselang, hujan pun terhenti. Sang perindu melanjutkan lagi perjalanan menuju IbuKota Sumatera Barat.
Hahhaaaaa ..... Jreeennnnngggg....
Langsung menuju Universitas, aku menemui staff yang bekerja di Sekretariat kampus tersebut. Maksud hati hanya ingin menanyakan jam kuliah dan local berapa?
Kocak .... Unreguler, Lokal 1H8, Fakultas Hukum, Universitas Ekasakti kota Padang.
Suasana yang tadinya hening, saling pandang dan sekedar berbagi tatap, tiba-tiba sedikit hiruk berhubung diantara mereka yang saling memperkenalkan diri satu sama lain. Anehnya, keakraban begitu mudah terjalin. Entah sebab apa, dari sisi pekerjaan pun tidaklah mungkin, sebab tidak ada di antara mereka yang bekerja di satu kantor atau Perusahaan. Dari segi tempat tinggal pun apa lagi, Satu kota berbeda Kecamatan, satu Provinsi namun terpencar di berbagai Kota dan Kabupaten. Dari segi usia pun ibarat tak ada yang seumuran. Ya, meski ada beberapa yang berbeda bulan, di tahun yang sama.
Beberapa dari kami adalah anggota Kepolisian Daerah Sumatera Barat, Ada aku yang bertugas sebagai Staff Sekretariat Pengadilan Negeri kota Padang Panjang, ada juga Kepala Sekretariat KPU Kabupaten Agam, Staff KPU Provinsi Sumatera Barat, Pegawai Badan Pertanahan Nasional, Pejuang Gamer(Online), Staff Penerbangan Nasional, Lulusan SLTA/SMK, Pegawai swasta, ada juga yang berstatus Anak Mami. Hahhaaa...
******
Hari yang cerah di Ibukota Sumatera Barat, Sore itu. Baghda Ashar, di sebuah Kantin di ujung halaman kampus Fakultas Hukum Universitas Ekasakti, sesosok gadis manis berjilbab Ungu sedang duduk membaca Novel, dengan lembut dia membuka satu persatu halaman yang berada tepat di samping cangkir Kopi(Entah milik siapa), yang jelas di kiri lengannya juga ada segelas Es Teh dan Air Mineral yang masih terkemas rapi. Dengan anggun dia duduk dan tersenyum membaca helai demi helai yang dia nikmati. Dari arah meja yang terletak berseberangan, aku, Secangkir Kopi dan Sebungkus gulungan Tembakau seperti baru melihat bidadari jatuh tepat di hadapanku.
Oh, Tuhan ...
Terpesona melihatnya, baru saja mencoba mendekati, tiba--tiba seorang cewek dengan rambut panjang memanggilnya dari kejauhan dengan nama Mbak Sri. Looh, aku terheran! Kenapa Utari memanggilnya dengan sapaan Mbak? Padahal perkenalan kami di kelas tadi, dia mengakui dirinya Minang Tulen. Apa karena namanya "Sri" nama yang biasa diberikan kepada gadis-gadis Jawa?
Hmm..Tak ada pentingnya tentang nama atau siapalah panggilannya, yang penting dia memang cantik, secantik dan seanggun parasnya berbalut hijab Ungu.