May dan Nug saling berpandangan,"Bilang apa, Ga?" tanya May, Nug terlihat mengamini.
"Aku tahu ada yang terjadi di antara kita bertiga, hal yang selama ini terus-menerus kita pendam di hati kita masing-masing," jelasku.
"Dan aku ngerasa hal ini enggak akan baik buat kita kalo enggak kita omongin," lanjutku.
Aku menceritakan kepada mereka berdua apa yang ada di dalam pikiranku. Aku menjelaskan dari awal, aku memang sangat mencintai May, dan aku juga merasakan bahwa May juga mencintaiku.Â
Aku sangat ingin May menjadi kekasihku sejak awal, namun perbedaan keyakinan di antara aku dan May menghalangi niatanku itu. Aku menjelaskan, bisa saja aku tidak menghiraukan perbedaan itu, namun aku meyakini untuk jangka panjang hal ini terlalu berat untuk dijalani, dan akan lebih sakit bagi kami jika harus mengakhirinya saat ikatan itu sudah terlanjur semakin dalam. Aku tidak berani mengambil risiko itu.
Hubungan tanpa ikatan di antara kami awalnya terasa tidak akan menjadi masalah, sampai datang Nug di antara kami, lebih tepatnya, aku yang membawa Nug datang di antara kami.Â
Terlebih saat May dan Nug semakin dekat, aku melihat pancaran sinar mata di antara mereka sangat kuat terhubung. Aku tidak ingin menjadi orang yang sangat egois, dengan terus berpura-pura menganggap tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua.Â
Aku merasakan, mereka memiliki rasa yang sama, ya, mereka saling mencintai. Aku tidak menyalahkan May, bahkan aku juga tidak menyalahkan Nug, semua ini memang sudah ditakdirkan. Aku merasakan, selama ini, mereka juga berusaha meyakinkan diri masing-masing untuk tidak membiarkan rasa cinta di antara mereka berkembang, karena ada aku.
Dan disinilah posisiku, aku adalah kunci di dalam kerumitan ini. Apakah aku akan menjadi orang yang sangat egois dengan membiarkan keadaan ini terus berjalan dalam kondisi yang complicated? Atau aku memilih untuk menggunakan 'kunci' yang kumiliki untuk memberikan titik terang dan keadilan bagi kami bertiga?.
Aku memilih pilihan kedua, pilihan yang sangat adil bagi semuanya. Aku memberikan kebebasan kepada mereka berdua untuk membiarkan rasa cinta di antara mereka untuk saling diberikan. Itu adil untuk mereka, karena jalan bagi mereka membangun hubungan ini sangat terbuka, tidak ada penghalang di antara mereka.Â
Pilihan itu adil juga bagiku, dengan pilihan ini, aku membebaskan diriku dari rasa cinta yang tidak mungkin aku jalani lebih lama lagi. Sangat konyol bagiku jika memaksakan untuk terus berjalan padahal di depanku terdapat tembok besar yang menghalangi.