Pilihan itu memberikanku pendewasaan, memberikanku pandangan baru tentang cinta. Cinta yang kita berikan untuk orang lain, adalah cinta yang merupakan pilihan kita. Kitalah yang memilih untuk siapa cinta itu diberikan, artinya cinta harus selalu dibarengi dengan logika. Sedangkan ketika logika tidak lagi diperankan dalam sebuah cinta, maka hanya keegoisan lah yang akan mendominasinya.
"Kalian enggak perlu khawatirin aku, aku Margana, namaku berarti 'memiliki jalan', artinya akan selalu ada jalan bagiku, entah itu hari ini, besok, atau kelak nanti, untuk menemukan cinta sejatiku," jelasku kepada mereka yang masih memasang muka penuh heran.
Kisah cintaku di Bagansiapiapi ini memanglah kisah cinta nan indah dengan akhir yang indah, kepada dia yang bernama indah, Mayleen. Kataku dalam hati.
Mereka berdua tampak sangat terkejut dengan apa yang kusampaikan. Belum selesai keheranan mereka, tiba-tiba Nug disapa oleh seorang wanita manis, berjilbab,"Eh, Nugraha..!" sapa wanita itu.
"Iya, Mbak In... eh Uni Indah," jawab Nug gelagapan.
Kemudian Nug mengenalkanku dan May kepada wanita yang disapanya dengan Uni Indah itu. Saat akhirnya giliranku berjabat tangan dengannya, kulihat senyumnya begitu teduh, tatapan matanya yang tajam dan menginterogasi hilang dalam sekejap berkat senyuman dan kehangatan tangannya saat berjabat tangan.Â
Tiba-tiba aku ingat rasa seperti ini, hawa hangat yang menyergapku saat pertama kali aku dan Mayleen berpegangan tangan. Kubalas senyuman Indah dan hatiku mulai bertanya, mungkinkah ini jalan baruku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H