Anak-anak memukul gendang khas cina dan ada pula yang membawa bendera. Acara puncaknya adalah ketika kapal yang ditempeli kertas kuning bermantra yang ternyata adalah kertas berisi doa mulai dibakar.
Persis seperti yang diceritakan oleh May, event itu memang menyedot animo besar dari masyarakat, tidak hanya masyarakat Tionghoa sendiri, tetapi juga masyarakat lainnya, bahkan tidak sedikit bule-bule yang dengan penuh antusias mengikuti rangkaian acaranya dari awal.
Sejak saat itu kami jadi lebih sering bertemu, baik saat istirahat makan siang, maupun di beberapa kesempatan lainnya. Saat kami bertemu, sering kali terjadi momen yang mendebarkan, kami saling berpandangan, mata kami bertemu, aku merasa mata kami saling berbicara penuh makna, lagi-lagi tanpa diiringi kata, sama seperti genggaman tangan malam itu, yang tak pernah ada di pembicaraan kami di hari-hari setelahnya.
May sangat perhatian kepadaku, Ia selalu mau mendengarkan semua keluh kesahku, Ia adalah motivasiku untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Aku tak bisa jauh darinya, begitu juga dengan May, kami seakan harus selalu terkoneksi. Tak dapat dipungkiri, inilah yang dinamakan cinta, aku mencintai May, dan aku sangat yakin May juga menyimpan rasa yang sama kepadaku.Â
Mengapa aku mengatakan kami menyimpan rasa cinta? Karena memang seperti itulah kenyataannya. Rasa cinta yang ada di antara kami berdua seakan sulit sekali untuk bisa kami ungkapkan.Â
Rasa cinta itu terbentur sebuah tembok yang kuyakini terlalu kokoh untuk dapat dilewati, sehingga rasa cinta kami masing-masing tetap berada di sisi yang berbeda, terpisahkan oleh tembok tersebut, tidak dapat menyatu.
Kegalauan di hatiku tentang keadaan ini, di tengah romantisme kedekatanku dengan May, ternyata juga dirasakan oleh Nugraha, namun dengan kadar kegalauan yang lebih berat lagi. Pertunangannya beberapa bulan lalu, tiba-tiba kandas di tengah jalan. Tanpa alasan yang jelas tunangan yang telah dipacarinya lebih dari lima tahun membatalkan ikatan di antara mereka.Â
Terlihat jelas bagaimana terpukulnya Nug waktu itu, aku sebagai saksinya, sebelum kejadian itu, setiap hari Nug membuka internet, melihat-lihat segala macam hal untuk persiapan pernikahan mereka. Dua bulan, itulah jarak waktu antara hari pertunangan dengan acara puncaknya, pernikahan, dan tepat dua minggu sebelum hari penting itu, kabar menggemparkan itu harus diterima oleh Nug.
"Sabar ya, Nug, semua ini pasti berat buat Lo, tapi Lo harus kuat ya." hiburku.
"Aku enggak tahu salahku apa, Ga! Aku enggak habis pikir gimana bisa dia segampang itu ngebatalin semuanya, hubungan yang bukan sehari-dua hari kami bangun, LIMA TAHUN GA!" suara Nug terasa sangat emosional.
Nug tampak tertekan dan depresi sejak pembatalan sepihak pernikahannya. Ditambah dengan urusan kerjanya dengan orang Dinas Pendidikan yang ditudingnya tidak kooperatif dalam memberikan data yang ia minta.