Mohon tunggu...
Tirto Karsa
Tirto Karsa Mohon Tunggu... Buruh Pabrik -

"Hidup hanya senda gurau belaka"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Putik

15 Januari 2018   10:45 Diperbarui: 30 Januari 2018   22:12 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tengah malam, aku terbangun dari tidur. Aku mendengar suara Yani yang sedang melafalkan sesuatu seperti mantra yang tidak jelas makna dan bahasanya. 

Pelan-pelan aku dekatkan kepalaku dengan mulutnya. Namun masih belum aku ketahui apa yang dilafalkannya. Aku nyalakan lampu kamarnya dan segera ku panggilkan perawat melalui telpon. 

Perawat cantik itu datang bersama seorang dokter tua yang berhidung layaknya bangau. Mereka memintaku keluar ruangan sebentar untuk membiarkannya menyelesaikan pekerjaannya.

***

Pagi itu, Sekolah mendadak sepi. Semua siswa kelasku benar-benar tidak masuk sebagaimana yang diperintahkan oleh Yani. Aku pun yang semula berniat masuk pada akhirnya mengurungkannya. 

Seperti kesepakatan kemarin, Kami berkomitmen untuk tetap belajar dan mempersiapkan ujian walaupun tidak di sekolah.  Dari dua ruang kelas tiga, satu IPA dan satu IPS, kami bagi kedalam tiga kelompok. 

Kelompok pertama mempelajari tentang ilmu umum yang di Ujiankan dan terdapat di IPA dan IPS, seperti Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Kelompok kedua berisi tentang mata pelajaran IPS yang diujiankan dan kelompok ketiga mempelajari tentang mata pelajaran IPA yang diujiankan. 

Tidak semua siswa ikut tergabung dalam kelompok ini, hanya beberapa anak yang di rasa mampu menjadi "power" istilah lain untuk orang yang menjadi sumber jawaban di ruang ujiannya. 

Tiap satu ruang Ujian terdapat empat orang power dan karena total ruang ujian nanti sebanyak empat ruang, maka orang yang masuk ke dalam kelompok hanya sekitar enam belas orang di tambah ahli dalam mata pelajaran khusus seperti bahasa inggris dana bahasa indonesia yang total keseluruhan akhirnya menjadi dua puluh dua orang. Aku kebetulan diminta untuk mempimpin kelompok bahasa inggris.

Itulah pengalaman boikot pertama yang aku kenal. Yani selalu bilang bahwa, gandhi lah orang yang paling terkenal dalam gerakan itu. Boikot bukan pemberontakan, melainkan sebuah upaya untuk mengingatkan penguasa. Cara terbaik gerakan orang yang lemah adalah boikot. Dan kali itu, kami melakukan boikot atas kekerasan yang dilakukan di sekolah oleh oknum. 

*** 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun