—–
Astaga! Gadis itu. Aku terperanjat, jantungku berdegup kencang. “Kamu mengenalku?” Aku coba bertanya dengan lebih tenang.
—–
Matilah aku, bagaimana ini. Apa yang harus kujadikan alasan. “Kamu yang biasanya duduk di belokan setelah sekolahan, kan?”
—–
Debar jantungku makin kencang. Jadi dia tahu aku memperhatikannya selama ini. “Oh, iya. Aku suka melihatmu sepulang sekolah’
—–
Deg, aku benar-benar salah tingkah. “Kenapa tidak pernah menyapa.” Aku tak percaya pertanyaan ini terlontar dari mulutku.
—–
“Aku takut, kau lihat sendiri kondisiku.” Ia menggeleng.
“Jadi menurutmu, aku tidak akan mau berteman denganmu karena ini?” Ia menghampiri dan merunduk di sebelah kursi rodaku.