—–
Ia tampak gugup, dan akupun begitu, pastinya. “Maafkan aku.” Bibirnya bergetar, ia hanya menunduk dan tidak melihat kepadaku.
“Dua hari belakangan, aku menunggumu. Ternyata kau tidak ada.”
—–
“Tiga hari yang lalu, aku menunggumu lama sekali. Sampai aku harus buru-buru pulang untuk jadwal minum obat. Tapi karena terlalu cepat mengayuh kursi roda, aku terjatuh.”
—–
“Aku melihatnya, kau tampak sangat terkejut setelah melihat jam tangan. Kemudian pergi dengan tergesa-gesa.”
“Jadi, maksudmu?”
“Iya, aku sengaja menghilang dua hari kemarin. Untuk memastikan apakah aku yang selalu kau tunggu”
—–
Aku merasa tak percaya dengan semua kata-katanya barusan. “Untunglah aku terjatuh hari itu dan dirawat di sini. Hingga kita bisa ketemu dan mengobrol di rumah sakit ini.”