Ya, setidaknya aku masih selamat ketika ibu terjatuh dari boncengan bapak, saat akan memeriksakan kandungan ke bidan karena terserempet motor ugal-ugalan, yang menyebabkan aku tak mengenal wajah bapakku.
"Kek, boleh aku tahu arti bintang beralih atau jatuh yang kulihat saat kecil?"
Kakek memandangku lekat, matanya yang tua semakin terlihat kelam, lalu melanjutkan lagi menghisap rokok tembakaunya dalam-dalam. Kakek hanya berkata bahwa itu sudah garis hidupku.
"Kek, Â bukannya itu meteor jatuh?"
Kakek hanya menggeleng, aku semakin tidak mengerti, mencoba menghubungkan antara ilmu pengetahuan dengan metafisika, aku mingira itu hanya mitos belaka.
"Suatu saat kamu akan mengerti. Pesan kakek, sabar dan hati-hati. Akan banyak duri yang tidak kau sadari dalam perjalanan hidupmu nanti."
Kakek menghela napas dengan berat hingga sedikit terbatuk-batuk. "Dirimu tercipta sebagai doa. Yang kakek khawatirkan saat kamu kecewa dan luka."
Aku semakin bingung dan memilih untuk tenggelam dalam malam berselimut wejangan-wejangan kakek.
****
"Kamu akan menjadi orang yang selalu dicurigai, dibenci bahkan dicap buruk."
Kalimat kakek empat tahun lalu masih mengendap dalam pikiranku. Walau aku sudah hati-hati aku akan tetap selalu mengalami kesialan, meskipun mendapat keberuntungan, begitulah tanda yang sudah terbaca oleh kakek.