Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bintang Jatuh

22 Oktober 2021   17:15 Diperbarui: 22 Oktober 2021   19:59 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Begini ya, Mbak. Saya hanya pegawai biasa di perusahaan itu yang tidak mau tahu dan tidak kepo dengan kehidupan teman-teman saya, tapi bukan berarti saya tidak peduli. Kalau ada yang membutuhkan bantuan saya, pasti akan saya usakan semampunya.. Jadi kalau tempo hari saya menolong suami Mbaknya bukan berarti Mbak seenaknya menyebut saya pelakor."

Dari pada pembicaraan makin tidak penting maka, aku usir tamu itu secara halus dengan alasan aku kebelet ke belakang dan butuh waktu lama serta konsentrasi penuh.

***

Gawai ditanganku hanya aku buat mainan saja gulir atas gulir bawah, tidak tahu apa yang kulihat. Kucing kesayangan ibu sudah pulas dari tadi di sebelahku, mungkin hanya pura-pura merem, kulihat telinganya masih bergerak-gerak.

Bintang jatuh sudah tidak kutemui lagi sampai sekarang, mungkin saja bila malam ini terjadi aku bisa berteriak  terima kasih atas berlapis-lapis luka hati yang kualami.

Aku hanya bisa geram dan tersenyum kecut, rasa takterima dalam dada makin menyesak, mungkin aku takbisa membalas sakit hati ini, tapi aku mohon pada penguasa bumi untuk mengadili.

"Asfa, sudah malam, ayo masuk, besok kamu kan kerja."

"Sebentar lagi, Bu. Asfa ingin menikmati malam di teras seperti dulu waktu bersama kakek."

"Jadi dulu kamu tidurnya selalu malam hanya untuk menemani kakek?"

"Iya, kami membicarakan banyak kisah, banyak nasihat kakek. Kakek tempat Asfa bercerita."

Sekarang masalah silih berganti, takada tempatku menuangkan sampah. Aku hanya bisa berkata benar semua perkataan kakek saat itu, setelah aku melihat bintang jatuh. Ternyata melihat bintang jatuh tidak seperti cerita dongeng yang selalu mendapat keberuntungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun