Yang mengkonsep tempat ada peta negara, penghargaan, kolom komentar di dinding ini siapa ?
Ya saya sendiri. Sebelum disini didepan sana (area Jogja Paradise), saya spacenya kurang, tidak seperti disini-lebar. Maka itu saya harus menonjolkan nama negaranya, dan menonjolkan angka urutan pelangganya.Â
Buat saya itu penting sekali. Karena angka itu berharga sekali, orang jadi tahu kalau warung saya sudah sudah didatangi pelanggan sebanyak 71 negara. Maka saya ekspos.
Pak Budi berbakat memanajeri sebuah restoran, apakah Pak Budi berencana untuk membuka jasa sebagai konsultan restoran juga ?
Saya konsultan Sate Ratu. Hahah...itu partner saya Pak Lanang. Saya kerja bersama pak Lanang tahun 1997, sejak di Sheraton 1997, sampai waktu saya angkringan masih dengan Pak Lanang. Dia itu partner saya yang loyal. Ikut berjuang bersama saya sejak dulu.
Pada waktu awal berdiri Sate Ratu dia harus pulang ke lombok. Dulu dua tahun sekarang sudah balik.
Lalu bagaimana Pak Budi bisa membesut Sate Ratu menjadi sebuah brand kekinian, tapi juga mewadahi kebutuhan konsumen , dan sekaligus mengapresiasi konsumenya ? Â
Saya sebenarnya simpel. Mungkin karena kebetulan tamu saya asing, dan itu juga bisa jadi sarana promosi yang bagus. Makanya itu yang saya tembak. Lalu itu tadi saya ekspos sebagai sebuah kelebihan.Â
Saya mencoba mengakomodir kebutuhan konsumen terutama asing, sejak awal saya memang memposisikan supaya ini bisa dikenal oleh konsumen dari luar negeri. Saya mencoba mengoptimalkan semuanya ini.
Rata-rata orang yang punya rumah makan seperti saya, tidak bisa bahasa asing. Jadi tamu itu tidak bisa diapa-apakan. Tamunya rmungkin rame, tapi mereka nggak ngobrol dan sebagainya.Â
Ini sangat disayangkan sekali. Sementara untuk dapat foto, video, testimoni. Kan harus mendatangi para tamu dan mengobrol bersama mereka. Tidak mungkin kalau saya cuma datang ke mereka lalu saya foto.Â