"Eh, aku bertanya siapa pacarnya, kok dibilang tak sopan?"
"BANGSAT!" Baidil berdiri, tangannya terkepal, siap dihantamkan ke mulut Ryan. "KAU INGIN TAHU SEPERTI APA ITU KESOPANAN?" bentaknya.
"Sabar, Dil, sabar!" Kang Naryo seorang penyabar, kita pun tahu.
Tapi Baidil rupanya sudah habis kesabaran. Ia menepis tangan Kang Naryo dengan garang. Tak ketinggalan, dibanting pula papan catur sampai bidak-bidaknya mabur. Sudah begitu, baru ia membalbal kepala Ryan.
Jejen tak terima melihat sahabatnya disiksa, ia segera pasang tinju. Sial bagi Jejen, sebelum sempat meninju, Baidil lebih dulu menyodok sesuatu di selangkangan pahanya. Jejen meraung dan ambruk dengan mata terjelit. Nyaris pingsan.
Helmi dengan kalangkabut melerai. Alhasil, ia mendapat jatah satu bogem mentah.
Sampai akhirnya ... jekuk, jekuk, jekuk!
Baidil terjungkal, memegang perutnya, mencoba bangkit, melotot ke arah Kang Naryo penuh dendam, lalu pergi sempoyongan sambil terus memegang perutnya.
"Ini bukan berarti saya sudah habis kesabaran," ujar Kang Naryo sambil mengelus kepalan tangannya. Tak cuma dielus, bahkan ditiup-tiup segala.
Barusan Kang Naryo menggunakan tinjunya itu untuk mengakhiri aksi brutal Baidil. tiga kali jotos di perut, si Baidil langsung KO.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H