"Sudah lama kalian main?" Ipang mengambil korek api di atas meja, menyulut rokok.
"Ini masih ronda satu," jawab Kang Naryo. "Di ronde kedua nanti dia mau balas dendam. Hahaha...."
Ipang terbahak, lantas pergi. Ronde identik dengan tinju, apakah Baidil akan mengakhiri pertandingan catur itu dengan tinju? Ia baru berhenti terbahak ketika ingin mengisap rokok. Asap menghambur ke udara, menambah pekat warna kabut.
***
Tak lama setelah Ipang pergi dari sana, Jejen, Ryan dan Helmi (ketiganya tak menemukan acara seru di televisi) datang memesan teh manis. Jejen dan Helmi mengambil untaian kerupuk sementara Ryan langsung jongkok di depan papan catur. Anak kelas 3 SMP itu menyesalkan langkah raja Baidil yang terpojok.
"SKAK!" teriak Naryo tiba-tiba.
Baidil melengos. Ia mati kutu.
"Sekarang main denganku, Kang Naryo!" Ryan berdiri, seperti hendak menyingkirkan posisi duduk Baidil di bangku.
Karuan saja Baidil nyerongot galak.
Ryan, Jejen dan Helmi saling pandang, melongo.
Kang Naryo tersenyum-senyum.
"Psssst! Si Baidil sudah di atas 180 derajat celsius," bisik Kang Naryo di kuping Ryan.