“Kamu Agung, ya?” tanya Delia lalu duduk persis di sampingku.
“Iya, yang tadi merayumu.” Entah apa yang merasukiku, aku berani menjawab pertanyaan dia. Padahal sebelumnya, malu sampai keringat dingin.
“Eh, Delia disini juga. Salam kenal! Aku Zakaria,” ucap temanku yang resenya gak ketulungan. Bisa-bisanya dia pede sekali berkenalan. Sedangkan aku?
“Eh, iya. Salam kenal juga ya. Udah tau namaku, Kan?”.
“Ya sudah dong. Nih, temenku seneng bisa berduaan denganmu tadi.” Mendengar hal itu. Jantungku berdegup tak karuan. Kalau tidak sedang di depan Delia, bisa baku hantam saat itu juga dengan teman reseku.
Wajah Delia kembali memerah sambil tersenyum kemudian dia kembali fokus ke temannya dan menu di warung itu. Zakaria menyenggol lenganku sambil tertawa. Aku sudah tidak fokus dengan makan siang hari ini.
***
Langit biru mulai tampak di pagi hari ini. Hari pertamaku masuk kuliah pertama setelah seminggu kemarin kegiatan ospek di kampus. Dan, aku pun masih terngiang-ngiang kejadian awal ospek bersama Delia.
“Ngelamun aja lo!” teriak Bimo tepat di telingaku. Aku berjalan bersama Bimo ke fakultasku. Zakaria sudah berangkat lebih dulu, karena ada keperluan. Sambil mengrobrol dengan Bimo. Insiden kedua kali terjadi lagi. Delia tak sengaja menabrakku dan tumpukan buku yang dia bawa terjatuh semua.
“Astaghfirullah.” Delia langsung mengambil bukunya yang terjatuh. Aku juga ikut membantu membereskannya.
“Ini,”