"Lepas Abang ludahi, saya malah merasa lega. Saya macam lepas dari menjalani hukuman."
"Hidup ini macam teka-teki." Jamal berucap pelan dan serak, tapi masih dapat tertangkap oleh Mutiara.
"Iye Bang. Abang sendiri kenapa meludahi saya?"
Suasana sudah tak lagi kaku. Jamal sudah merasa selesa dan nyaman. Ia lalu menceritakan kisah percintaannya yang gagal dengan Soraya, sikap congkaknya meminang beberapa perempuan untuk membalaskan sakit ditinggal Soraya yang mungkin menjadi sebab ia dihukum Tuhan dengan hasrat yang memalukan, lalu mengucilkan diri selama setahun lebih di kebun, hingga tadi pagi melihat Mutiara dan tak kuasa melawan dorongan hati untuk meludahinya.
Hari kian malam. Tiba masa Mutiara pulang. Sama mereka berjanji untuk berjumpa lagi selepas ini. Mutiara bangkit, tersenyum manis sekali, dan melambaikan tangan. Jamal tersenyum dengan muka lebam, juga melambaikan tangan.
Dari ruangan tempat Jamal dirawat tak terlihat suasana malam di luar. Akan tetapi, Jamal yakin langit berhiaskan jutaan bintang saat ini. Setiba di pekarangan rumah sakit, Mutiara memandang ke langit malam.
"Indah nian, Bang Jamal. Jutaan bintang berkilauan."
Catatan
Senget: Miring, gila
ST: Sekolah teknik, setara sekolah menengah pertama
Budak: Anak