Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ludah!

14 Februari 2021   16:37 Diperbarui: 14 Februari 2021   17:08 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ade, kat kebun die."

"Masih takut jumpa perempuan ke?"

"Entah. Nanti kalau jumpa saya tanyakan."

Tentu Heri tak akan tanyakan perkara itu kepada Jamal. Ia hanya ingin bersikap baik kepada semua orang, terlebih kepada pelanggan. Heri tidak tahu apa yang telah terjadi pada Jamal. Dia tahu bahwa sahabatnya itu pernah beberapa kali diabaikan perempuan. Pinangannya ditolak. Mungkin itu sebab ia menjauhi perempuan.

Tapi sebentar. Rasa-rasanya Soraya seorang yang sungguh Jamal kasihi. Perempuan lain, hanya pelampiasan. Pelampiasan. Itulah yang Heri sesalkan. Jamal memang agak sedikit temberang. 

Beberapa tahun lalu, ketika pinangannya ditolak ayah Soraya, Jamal hampir-hampir tak percaya.  Ia remuk sekaligus marah. Semakin merah marahnya ketika beberapa bulan kemudian Soraya menikah dengan seseorang dari tanah seberang, lalu meninggalkan Kijang. 

Jamal berbual akan segera mendapatkan pengganti Soraya. Bahkan yang lebih cantik. Selepas itu dalam dua tahun ia meminang beberapa perempuan. Semuanya cantik. Semua mengabaikannya. Jamal seperti tak sadar, bahwa ia tak ada cukup bekal untuk begitu saja meminang perempuan. Atau sepertinya alam memang tak hendak merestui perbuatan membalas dendam macam itu. Heri pun, dalam hati, tak suka perbuatan Jamal.

***

Suatu hari ketika Heri datang menengok, Jamal tiba-tiba berkata, "Her, kawani aku ke kota." Heri terheran-heran.

"Tak ada angin tak ada hujan..."

"Aku rindu minum di kedai kopi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun