"Aku tak paham."
"Sebagian yang mati itu, anggota kepolisian yang menyamar. Penyamaran mereka terbongkar."
Kepolisian dan sindikat sama-sama menanam orang. Ada anggota polisi yang disusupkan ke organisasi sindikat. Sementara itu, ada pula orang-orang sindikat di kepolisian dan di tengah-tengah masyarakat. Terbongkarnya penyamaran anggota polisi itu adalah karena informasi dari dalam. Seorang perwira menengah telah lama dicurigai.
Mereka bunuh mata-mata polisi itu, kemudian sengaja mereka hembuskan kabar bahwa pembunuhan itu adalah pekerjaan polisi. Dibuatlah cerita seolah-olah polisi tak sanggup lagi menghadapi sindikat dengan hukum resmi, sehingga mengambil tindakan cara jalanan. Sandiwara mereka berhasil, sehingga kepolisian daerah disoroti dan telah pula dilakukan investigasi internal. Jadi, informasi yang selama ini aku terima itu palsu. Malu hati aku, telah dengan mudah terpedaya.
Tujuan utama mereka hanya satu, membuat polisi disibukkan oleh investigasi internal dan lengah terhadap sindikat. Mereka berencana mendatangkan obat-obatan terlarang dalam jumlah besar, sehingga merasa perlu mengalihkan perhatian polisi. Rencana mereka tercium aparat. Ada peran Gi yang sangat besar atas bocornya rencana jahat ini. Itulah sebab mengapa polisi agak panik ketika aku mulai bertanya-tanya soal Gi. Selama ini rahasia penyamaran Gi terjaga rapat.
Satu lagi informasi dari Gi. Akan ada usaha pembunuhan terhadapku yang lebih berani dan brutal. Itulah sebab penjagaanku kian diperketat. Ayah tak ingin aku terbunuh. Hampir saja mereka berhasil, kalau tak ada Gi.Â
Tapi aku curiga. Tak kulihat kesedihan saat Ayah menyebut Gi. Apakah Gi masih hidup?
Ayah memintaku -- memerintahkanku -- untuk tetap tinggal di paviliun itu selama beberapa hari ke depan. Kepolisian sudah ada di tahap akhir untuk mengambil tindakan. Sudah cukup bukti untuk menangkap sang perwira menengah. Letak persembunyian orang nomor satu dalam organisasi sindikat penyelundup telah pula diketahui. Sindikat itu sudah diambang kehancuran. Selepas itu, aku akan aman.
Riau bukan wilayah tugas Ayah. Jadi, setelah memastikan keselamatanku, ia harus segera kembali ke provinsi sebelah. Petang itu juga ia akan berangkat.
Aku menahannya sebentar. Kupaksa ia menjelaskan nasib Gi.
"Ayah macam tak sedih dengan nasib Gi. Apa Gi masih hidup?"