Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gi

15 September 2020   06:00 Diperbarui: 15 September 2020   06:32 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Daripada Abang celaka. Gi juga celaka."

Mereka berlebihan. Kalau pun berhasil kubongkar rahasia Gi sebagai aparat yang menyamar, tak akan kuberitakan kepada siapa pun. Malah, aku akan membantu agar penyamaran Gi lebih sempurna sehingga tak dapat dilacak oleh seorang wartawan yang ingin tahu semacam aku. Akan kubantu membuat cerita masa lalu Gi yang lebih masuk akal. Tapi, sudahlah.  Tak akan aku selidiki Gi lebih jauh, asalkan mereka mau menjawab dua pertanyaanku.

"Alasan saya menyelidiki Gi hanya karena dua pertanyaan. Bila Encik bantu saya jawab dua pertanyaan itu, akan saya jauhi Gi."

Tanpa menunggu respons keduanya, aku melanjutkan.

"Pertama, benarkah Gi itu petugas yang menyamar? Kedua, penyamarannya itu apakah terkait dengan sindikat penyelundupan tenaga kerja dan pembunuhan-pembunuhan misterius?"

Sang juru bicara, kalau tak salah Suhardi namanya, seperti yang tadi sekilas kubaca pada kartu pengenal, tak segera menjawab. Lagi, ia seperti menimbang-nimbang. Berhati-hati betul tampaknya. Mungkin ia heran, mengapa aku sedemikian berani di hadapan polisi. Aku sendiri hanya mencoba peruntungan. Kalau dijawabnya pertanyaanku, baguslah. Terjawab sudah teka-teki yang menggangguku. Kalau tak dijawabnya, sudahlah. Nanti kupikirkan cara lain.

"Ya, Gi rekan kami. Untuk yang kedua, kami tak bisa menjawab. Rahasia."

Itu artinya, benar kehadiran Gi ada kaitan dengan sindikat dan pembunuhan.

***

Ada yang tak biasa belakangan ini. Aku merasa jadi lebih sering berjumpa Gi. Ia seperti membayangiku. Atau kalau sedang tak ada Gi di sekitarku, aku selalu merasa ada seseorang yang mengikutiku. Aku merasa seperti terus diawasi oleh Gi atau oleh seseorang yang lain. Apa yang mereka takutkan dariku? 

Aku sudah berhenti menyelidiki Gi. Bahkan aku tak lagi gencar menyelidiki sindikat, khususnya terkait pembunuhan. Kalau benar pekerjaan aparat, aku pun menyetujui. Kesal dan geram aku melihat sindikat itu merusak kehidupan anak-anak remaja Bintan. Aku kini tengah sibuk menyelidiki kasus lain, penambangan pasir liar di Bintan Utara. Jadi, mengapa Gi dan kawan-kawan semakin ketat mengawasiku? Atau itu hanya perasaanku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun