Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gi

15 September 2020   06:00 Diperbarui: 15 September 2020   06:32 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Iya, saya."

"Boleh kami ajak cakap sedikit?" Jelas, ia bukan orang Melayu. Atau ia sudah lama tak tinggal di tanah Melayu.

Kutatap kedua orang itu bergantian. Rasa was-was mulai merayap. Tapi, segera kubekap.

"Sile, cakaplah.  Apa yang dapat saya bantu?"

"Tak boleh di sini. Kita mesti cari tempat."

Aku menegang. Kuraba adanya bahaya. Aku menaruh syak, kedua orang ini ada maksud tak baik.

"Maaf Encik, saya tak ada waktu. Kalau nak cakap, cakaplah kat sini." Aku menolak, sembari mencari cara bagaimana lepas dari kedua orang ini.

"Abang harus ikut kami." Suara lelaki itu sedingin logam. Sementara, lelaki yang satu lagi, yang sedari tadi tak ada suara, menyingkapkan jaket kulitnya. Sebuah pistol terselip di pinggangnya.

Mereka membawaku masuk ke oto yang telah bersiap tak jauh dari tempat mereka mencegatku. Rupa-rupanya mereka bertiga. Satu orang sebagai pengemudi, satu orang juru bicara, satu lagi si penggertak. Kusebut saja begitu. Si juru bicara mengingatkanku agar aku bersikap wajar selayaknya seseorang berjumpa kawan. Jangan ada gerak-gerik yang mengundang kecurigaan. Mereka ini profesional, batinku.

Di dalam oto si juru bicara duduk di sebelah pengemudi, sedangkan si penggertak di sebelahku, di bangku belakang. Ke mana mereka akan membawaku? Siapa mereka? Ada persoalan apa denganku? 

Adakah hubungannya dengan pekerjaanku sebagai wartawan? Kuingat-ingat, apakah ada kasus atau berita sensitif yang sedang kuangkat? Ya, ada satu. Kasus penyelundupan tenaga kerja gelap ke Malaysia dan kematian misterius beberapa orang anggota sindikat penyelundupan. Salah satu sumberku membisikkan, mungkin ada orang penting yang terlibat dalam kasus ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun