"Silakan bapak. Adik Lazar terus menyapa bapak" mereka menyilakan ku masuk.
Aku ternganga, menghambur masuk. Terlihat Lazar duduk bersandar di pembaringan, tanpa selang dan katup diraganya. Aku memeluk kencang. Lazar menangis, namun parasnya terlihat segar memerah, tidak lembayung lagi.
"Pak dokter dimana, sus?" aku tersadar untuk berterima kasih.
"Baru aja keluar, pak"
Segera ku menyeruak pintu, berlari keluar ruang. Kutengok dokter menjauh berjalan cepat. Kuberlari memburu menjelangnya.
"Dokter!" tak sadar memanggilnya deras.
Dia menoleh. Tak bersenyum, matanya menatap tajam namun teduh.
"Terima kasih, dokter.."
Aku menyorongkan tangan dan dia menyambut tanganku.
Menyalamiku dengan lengannya yang kokoh. Aku merasakan tapak tangan yang lembut.
Ketika dia melepas genggamku dan berbalik, aku baru merasakan bahwa selain lembut, telapak tangannya juga tembus berlubang.