***
"Aku tersanjung banget, Kang! Karena Kakang sudah mau menerimaku kembali, dan akan menikahiku. Bahkan sudah memaafkan almarhum ibuku yang pernah nyakiti hati Kakang."
"Karena Adik mau menerimaku juga, aku pun amat bahagia! Kalau soal memaafkan, itu sudah kulakuin sejak dulu. Tuhan Yesus sudah mengampuni kita. Maka kita pun harus rela saling memaafkan."
"Tapi apa Dia juga berkenan mengampuniku...Kang?" tanyanya mengagetkanku.
"Ya pasti diampuni-Nya, dong! Kan kita adalah pengikut-Nya?"
"Maaf, aku baru mau ngomong Kakang sekarang. Sebenernya, aku sudah lama meninggalkan Kristus. Orang bilang, aku sudah murtad...."
"Haah.....masak.....?" kejarku sambil terperangah.
Kemudian Astuti memberi penjelasannya. Sejak dipaksa kawin oleh ibunya, ia sudah tak pernah ke gereja lagi. Pernikahannya pun, waktu itu dilakukan menurut tatacara keyakinan Basofi. Akibatnya, sejak saat itu, Astuti merasa sangat berdosa dan merasa sudah terbuang jauh dari hadirat Kristus.
Perasaan berdosa seperti itulah, yang membuatnya menjadi sangat menderita. Punya harta dan segala macam fasilitas, tapi hatinya ngenes. Sehingga seringkali terbit niat untuk bercerai saja dari suaminya. Lalu kembali ke pangkuan Tuhan Yesus.
Namun, untuk mewujudkannya, Astuti tidak tahu caranya. Selain itu, ia belum yakin apa Tuhan mau mengampuni dan menerimanya kembali.
"Kalau Adik sungguh mau bertobat dan kembali kepada-Nya, pasti Tuhan Yesus mau mengampuni dan menyambut Adik kembali. Ingatlah pengajaran tentang seorang anak yang hilang. Ia telah meninggalkan bapanya. Tapi setelah anak itu bertobat kembali, bapanya menyambutnya dengan sukacita (Lukas 15:11-32)"