Sedangkan neuroleadership meningkatkan keterlibatan kerja melalui dimensi psikologis, neurobiologis, sosiologis dan organisasi, seperti yang disajikan dalam kerangka EngageInMind.
Pada artikel riset yang pertama disebutkan bahwa langkah-langkah penting bagi human service managers adalah memberikan pada kaum perempuan kesempatan pembelajaran dan pelatihan kepemimpinan, baik individu maupun kolektif, di mana pengetahuan, keterampilan, dan ide dapat dibagikan serta didukung secara kolaboratif.Â
Pemahaman kolaborasi yang efektif berangkat dari pemaknaan kata 'kolaborasi' itu sendiri. Hal ini terkait dengan kecerdasan bersama atau berkelompok.
Kecerdasan kolektif mengacu pada kapasitas dan kemampuan gabungan kelompok atau tim untuk melakukan berbagai tugas serta memecahkan berbagai masalah. Kecerdasan kolektif telah terbukti secara konsisten memprediksi kinerja kelompok dan tim di masa depan (Chikersal et al, 2017).Â
Sedangkan Dawna Markova, PhD bersama menantunya Angie McArthur, di dalam bukunya yang berjudul "Collaborative Intelligence - Thinking with People Who Think Differently", mendefinisikan kecerdasan kolaboratif sebagai ukuran kemampuan kita untuk berpikir dengan orang lain atas dasar apa saja yang penting baik bagi kita semua (Dawna & McArthur, 2015).
Kemajuan teknologi khususnya teknologi digital atau teknologi informasi memang berdampak memunculkan keberagaman yang semakin kompleks. Tidak hanya perbedaan gender. Diversity berpotensi memunculkan kreativitas, inovasi, dan produktivitas serta kinerja tim yang terbaik.Â
Namun menurut Geil Browning di dalam bukunya: "Work that Works" bila kita tak cakap mengelola cognitive diversity sebaliknya memungkinkan terjadinya kehancuran tim atau kelompok  (Browning, 2018). Kecenderungan pola berpikir dan beperilaku setiap manusia berbeda, yang diwariskan dari cetak biru genetika masing-masing orang tua mereka bercampur dengan lingkungan pengalaman hidupnya.
Â
Metode Penelitian KualitatifÂ
Pada penelitian artikel pertama dijelaskan terkait metode tradisional yang menilai output pengembangan kepemimpinan telah dikritik, seperti evaluasi pelatihan individu dan penilaian kompetensi pra dan pasca pelatihan.
Karenanya analisis eksplorasi kualitatif digunakan untuk mencoba melampaui metode tradisional, fokus baik pada pembelajaran individu dan penerapan pembelajaran organisasi di antara sampel beragam perempuan dari berbagai cohort yang dipilih.Â