9. Kecerdasan Eksistensial (diimbangi dengan kecerdasan filosofi, moral dan etika).
Kecerdasan eksistensial, yakni kapasitas untuk memahami persoalan-persoalan kehidupan,
kematian, dan realitas yang ada. Anak dengan kecerdasan eksistensial tinggi akan tertarik dengan pertanyaan mengenai keberadaan manusia atau pemikiran filosofis.
Kecerdasan filosofis, kecerdasan moral, kecerdasan etis adalah ciri-ciri mereka akan memiliki potensi kepemimpinan yang baik. Banyak bisnis yang tampaknya kuat telah jatuh di bawah pengaruh pemimpin yang tidak memiliki kecerdasan moral dan kecerdasan etika ini. Untuk kesuksesan bisnis apapun, sangat dibutuhkan pemimpin yang etis, manajer yang etis, dan karyawan yang etis.
Mereka yang cerdas secara moral memiliki sifat-sifat berikut:
- Integritas.
- Kejujuran.
- Ketidakberpihakan.
- Keadilan.
- Kepatuhan terhadap kebijakan etis.
Setiap individu mempunyai kesembilan potensi kecerdasan yang dapat dikembangkan. Meski demikian, seiring berbagai pengalaman, pemberian stimulasi, dan perkembangan minat, akan terlihat individu-individu yang memiliki potensi menonjol pada salah satu atau beberapa aspek kecerdasan tersebut.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua, tenaga kesehatan, kader, dan guru untuk memberikan stimulasi terhadap kesembilan aspek kecerdasan tersebut.
Dari 9 kecerdasan majemuk manusia berdasarkan teori dari Gardner di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki potensi sembilan kecerdasan itu. Setiap orang memiliki kapasitas dalam 9 kecerdasan yang berfungsi bersamaan dengan cara yang berbeda-beda pada setiap orang (each brain is unique).
Ada yang mempunyai tingkatan sangat tinggi pada semua kecerdasan, ada yang cenderung rendah pada semua tingkatan. Umumnya berada di kedua kutub ekstrem ini, yaitu: sangat berkembang dalam sejumlah kecerdasan, cukup berkembang dalam kecerdasan tertentu, relatif agak terbelakang.
Pada umumnya orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai tingkat penguasaan masing-masing. Kecerdasan umumnya bekerja bersamaan (simultan) dengan cara yang kompleks. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri.
Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain (the brain is about connection and disconnection).