Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Jakarta, 4 Maret 2020. Bangun kepemimpinan bangsa melalui kesehatan inteligensia remaja dan upaya-upaya intervensinya. Intervensi diberikan kepada remaja yang memiliki masalah baik terkait dengan kesehatan maupun non kesehatan.
Kegiatan intervensi diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah remaja, sehingga remaja dapat pulih dan tetap dapat menjadi individu dengan kondisi otak yang sehat, kesehatan yang baik, dan juga berkarakter positif di masa dewasa.
Beberapa intervensi kesehatan yang dapat dilakukan antara lain: pemberian vitamin besi (perbaikan), rehabilitasi Napza, rehabilitasi jiwa, rehabilitasi HIV/AIDS, KMS Remaja, skrining paparan pornografi, PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja-PKM, 2003) di mana program ini meliputi kegiatan konseling gratis, peer counselor, penyuluhan ke sekolah ataupun organisasi remaja (karang taruna, pramuka, dll), adiksi (games, drugs, pornografi, seksual masturbasi).
Sedangkan intervensi non kesehatan dapat meliputi:
Aspek sosial seperti konseling remaja guna membantu remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi, seperti masalah dengan orang tua, teman sebaya, hubungan dengan lawan jenis, dll. (Cek juga Male and Female Brains: neurosciencenews.com).
Parenting Education pengasuhan efektif dalam menghadapi remaja seperti memberikan seminar atau penyuluhan terkait dengan karakteristik dan tumbuh kembang remaja, pengasuhan dan komunikasi remaja, mengatasi permasalahan remaja, dll.
Serta kegiatan Multiple Intelligences (MI) guna mengetahui minat dan bakat remaja, mengasah dan menstimulasi minat dan bakat remaja, sehingga remaja berfokus terhadap kekuatan diri dan bukan kelemahan diri.
Dr. Howard Gardner mengajukan teori multiple intelligences pada tahun 1983. Saat itu, dia mengantisipasi tujuh kecerdasan.
Belakangan ia menambahkan kedelapan, dan akhirnya menjadi kesembilan kecerdasan:
- Verbal/linguistic
- Mathematical/logical
- Musical/rhythmic
- Visual/spatial
- Bodily kinesthetic
- Naturalist
- Interpersonal
- Intrapersonal
- Philosophical/moral/ethical
Bila diringkas (selain ada istilah IQ/EQ/SQ - Kecerdasan Rasional/Emosional/Spiritual, juga Crystal Intelligence dan Fluid Intelligence) dikelompokan menjadi 3 bagian besar:
1) The Temporal Intelligences:
- verbal/linguistic intelligence.
- mathematical/logical intelligence.
- musical/rhythmic intelligence.
2) The Spatial Intelligences:
- visual/spatial intelligence.
- bodily kinesthetic intelligence.
- naturalist intelligence.
3) The Personal and Social Intelligences:
- interpersonal intelligence.
- intrapersonal intelligence.
- philosophical/moral/ethical intelligence.
Sedangkan intervensi pada aspek lingkungan seperti: pendidikan agama, mobil galau (tempat curhat remaja), organisasi remaja di lingkungan, kegiatan ekstrakurikuler, pendidikan kesehatan reproduksi remaja, serta penyediaan ruang kreasi remaja.
Dalam rangka mendukung remaja dengan otak sehat, tumbuh berkembang secara normal dan berkarakter, dibutuhkan baik perhatian dan kerja sama antar pemangku kepentingan (terutama peran orang tua dalam meletakkan fondasi moral), para guru dan dosen maupun kebijakan pemerintah.
Salah satu solusi mengatasi masalah remaja adalah dengan melakukan pengenalan dan pengembangan potensi kecerdasan, yang disebut dengan kecerdasan majemuk tadi, yang telah disebut di atas.
Pada remaja, kecerdasan linguistik, logika matematika, visual-spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis mutlak dibutuhkan menjadi basis pengembangan pola-pola dalam aktivitas-aktivitas pembinaan remaja di masyarakat.
Sembilan kecerdasan manusia berdasarkan teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) sebagai berikut :
1. Musikal
Kecerdasan manusia yang pertama adalah kecerdasan musikal. Sesuai dengan namanya, mereka yang memiliki kecerdasan musikal memiliki sensitivitas musik yang tinggi, mampu untuk memainkan berbagai macam alat musik dengan baik, bernyanyi, mengarang lagu, membuat musik dan nada-nada, melodi, timbre, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kemampuan bermusik.
Anak yang memiliki bakat untuk irama dan musik adalah seorang yang auditory learner. Sebagai pendengar juga sekaligus sebagai "penyadap". Anak yang suka musik berirama mendengar suara dari peralatan instrumen musik dapat tahu kapan mesin tidak berjalan dengan benar. Mereka mendengar apa yang kita katakan dan akan mudah mengingatnya.
Anak dengan kecerdasan musikal / berirama memiliki atribut berikut:
- Mudah menafsirkan perubahan dalam suara dan nada.
- Bekerja dengan ritme.
- Mudah mengingat apa yang mereka dengar.
- Pandai memilih musik yang tepat untuk audiens manapun.
- Kemampuan memperhatikan perubahan dalam buzz pembicaraan.
- Dapat dengan mudah terganggu (dengan suara).
- Mempergunakan bahasa asing dengan mudah.
- Mudah mendengarkan dan mengulangi dialek.
- Mampu membuat presentasi multi media yang menarik.
2. Visual -- Spasial
Kecerdasan manusia berikutnya menurut Gardner adalah kecerdasan spasial. Kecerdasan spasial meliputi kemampuan seseorang untuk melihat ruang dalam perspektif 3D hanya dengan membayangkan dan memikirkannya. Mereka yang masuk ke dalam jurusan arsitektur, gambar, dan juga teknik kebanyakan membutuhkan kemampuan seperti ini.
Kecerdasan visual / spasial kebanyakan berada di belahan kanan otak. Lobus parietal kanan memungkinkan otak untuk memvisualisasikan benda dan memindahkan dalam pikirannya untuk menyusun pengaturan terbaik buat mereka, dan lobus oksipital kanan menyimpan informasi visual.
Karakteristik kecerdasan visual / spasial meliputi:
- Memiliki sensitivitas terhadap warna, bentuk, dan ruang.
- Mudah memahami dan menciptakan representasi visual.
- Menyukai dan mudah membaca grafik, diagram, dan sebagainya.
- Mempunyai preferensi yang kuat untuk hal-hal yang harus ditempatkan dan menyenangkan mata.
- Mampu berimajinasi dan mudah "memutar" benda dalam pikiran.
3. Verbal-Linguistik
Verbal linguistik adalah kemampuan atau kecerdasan manusia lainnya yang berhubungan dengan kemampuan bahasa, kemampuan berbicara, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan linguistik. Biasanya mereka mampu memahami berbagai macam bahasa, menulis puisi dan karya tulis dengan struktur bahasa yang baik. Penyair, pengarang lagu, penulis, dan sebagainya merupakan contoh penerapan dari kecerdasan verbal linguistik.
Jaringan neuron-neuron di lobus temporal dan lobus frontal otak, sangat kuat dan banyak. Salah satu jaringan ini, yang disebut daerah Wernicke, berada di lokasi lobus sensorik kiri dan berisi leksikon mental kata-kata yang mengalir dengan indah.
Melalui ucapan atau tulisan daerah Broca (terdapat di lobus depan kiri), melimpahkan karunia mampu ber-tatabahasa yang menyatukan kalimat dan merangkumnya, parafrase, dan dapat menerjemahkan informasi karena otak ini untuk mudah memecahkan masalah, bercerita, dan terkadang membuat mereka mudah tertawa.
Anak dengan tingkat kemampuan linguistik yang tinggi berhasil sangat baik pada sebagian besar pada hal-hal berikut:
- Mampau menuliskan laporan.
- Menganalisis informasi tertulis dan lisan.
- Memahami bahasa tertulis dan lisan.
- Mudah menceritakan sesuatu.
- Mudah mendengarkan cerita dan mengingatnya.
- Sering menambahkan humor saat mereka berbicara.
- Menarik menceritakan lelucon atau guyonan.
- Mempergunakan bahasa yang sesuai dengan audiens.
- Mudah mengorganisir informasi tertulis dan lisan.
4. Logika Matematika
Kecerdasan ini merupakan kecerdasan anak dalam berpikir secara logis, pasti, dan teratur. Kemampuan dalam matematika dan berhitung sangat dominan pada kecerdasan ini. Penalaran secara logis, sebab akibat juga merupakan ciri-ciri umum dari orang yang memiliki kecerdasan ini.
Bahkan jika mereka menganggap tidak sebagai matematikawan, mereka telah dilahirkan dengan kecenderungan beberapa kemampuan untuk bermatematika.
Kemampuan melihat pola abstrak, memahami logis, dan rumus matematika serta konsep adalah fungsi belahan kanan. Lobus parietalis adalah tempat pemecahan masalah otak mereka.
Anak yang memiliki kecerdasan matematis / logis dengan baik, dapat dengan mudah melakukan tugas-tugas di bawah ini:
- Menghitung.
- Memperkirakan (membuat estimasi).
- Mengukur.
- Sisa tidak bias.
- Mudah menggunakan logika.
- Mudah mengelompokan.
- Mempunyai daya nalar ilmiah.
- Mampu mengorganisir atau mudah membuat order / pesanan.
- Menguji hipotesis.
- Penalaran.
5. Kinestetik
Nah, untuk kecerdasan yang ini, biasanya anak memiliki kemampuan kinestetik yang baik. Olah raga, sering berjalan-jalan, aktif dan juga sering bergerak adalah ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan kinestetik. Selain itu, ketika sedang mengalami stres atau cemas, menggerakkan bagian tubuh adalah salah satu strategi menghadapi stres dan rasa cemas mereka.
Area otak yang berkaitan dengan kecerdasan ini meliputi korteks motor, basal ganglia, dan serebelum. Korteks motor mengendalikan gerakan sementara ganglia basalis menavigasi gerak serebelum.
Karakteristik kinestetik tubuh bukan hanya olahraga. Tapi juga semua yang terkait dengan gerakan atau perpindahan - motor halus dan pergerakan motor kasar.
Hal-hal yang berhubungan dengan sentuhan dan perasaan, dan menavigasi jalan mereka dalam ruang - di lapangan, di dalam mobil, dalam mendesain, dan sebagainya.
Daftar berikut menunjukkan karakteristik kecerdasan jenis ini:
- Memiliki daya tahan fisik.
- Memiliki kelenturan.
- Dapat mengontrol otot.
- Mempunyai kebugaran dan kesehatan fisik yang baik secara keseluruhan.
- Memiliki kemampuan motorik halus dan kasar.
- Memiliki kelincahan dan kecepatan.
- Unggul dalam demonstrasi fisik.
- Menjelajahi proyek dan proses.
6. Interpersonal
Mereka yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik biasanya cenderung sensitif dengan kondisi orang lain, mulai dari mood, emosi, kepribadian, sikap, dan juga berbagai trait orang lain. Dalam bahasa gaul saat ini, mereka yang memiliki kecerdasan interpersonal ini bisa disebut sebagai orang yang peka terhadap situasi.
Bagian struktur otak yang terlibat dalam menciptakan kecerdasan ini adalah lobus frontal, lobus temporal kanan, dan sistem limbik.
Formasi ini membantu mereka mudah memahami perasaan orang lain, mengerti bagaimana perasaan tersebut berhubungan dengan lingkungan saat ini, dan membantu dalam membangun hubungan.
Anak-anak ini mampu membaca orang lain dengan baik. Dapat mengetahui suasana hati orang lain, niat atau keinginan serta motivasi teman-temanya. Mereka yang memiliki interpersonal baik, adalah negosiator yang handal, dan baik untuk dijadikan teman.
Di antara karakteristik yang mereka ketahui adalah sebagai berikut:
- Mampu menghargai hubungan.
- Memiliki kemampuan berkolaborasi.
- Dapat berbagi cerita pribadi mereka.
- Memiliki kemampuan kepemimpinan alami.
7. Intrapersonal
Mereka yang memiliki kecerdasan intrapersonal mampu untuk memahami diri sendiri dengan baik. Mulai dari memahami emosi sendiri, perilaku, sikap, kelebihan serta kekurangan diri sendiri. Mereka yang memiliki kecerdasan ini biasanya sering melakukan introspeksi diri dan cenderung mudah untuk memahami diri mereka sendiri.
Otak lobus frontalis mengintegrasikan perasaan mereka dengan sistem limbik dan informasi sensorik dari lobus parietalis. Koneksi-koneksi tersebut membantu kecerdasan mereka menangani perasaan dengan cara yang tepat, seperti mereka sadari akan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka.
Beberapa karakteristik dari kecerdasan ini antara lain:
- Mampu mengakui kekuatan mereka sendiri dan dapat memanfaatkannya.
- Mampu mengakui kelemahan mereka sendiri dan tahu bagaimana mengatasinya.
- Mampu bekerja sendiri dan menikmatinya.
- Memahami kebutuhan mereka sendiri.
- Mengetahui bagaimana memotivasi diri sendiri.
- Menerima tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan sendiri.
- Memanfaatkan umpan balik untuk memperbaiki dirinya.
8. Naturalis
Kecerdasan naturalis berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi. Mengerti cara menanam tumbuhan dengan baik, menyukai banyak binatang peliharaan, dan segala hal yang berhubungan dengan alam, dan juga peristiwa alam.
Lobus parietalis kiri otak membantu mereka dapat membedakan antara mahluk hidup dan hal-hal yang tidak hidup. Belahan kanan memberikan gambaran besar di mana keberadaan mereka di lingkungannya. Korteks prefrontal (PFC) mereka mampu memproses empati dan etika. Kecerdasan naturalis melibatkan koneksi-koneksi di antara area-area otak ini.
Ahli naturalis memungkinkan memiliki karunia-karunia berikut:
- Memiliki minat yang berhubungan dengan alam.
- Memiliki kemampuan untuk mengklasifikasikan dan mengkategorikan hal-hal di alam.
- Senang mengumpulkan benda-benda alam.
- Meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungannya.
- Berafinitas dengan hewan.
- Memiliki kemampuan atau kepekaan inderawi yang tajam.
9. Kecerdasan Eksistensial (diimbangi dengan kecerdasan filosofi, moral dan etika).
Kecerdasan eksistensial, yakni kapasitas untuk memahami persoalan-persoalan kehidupan,
kematian, dan realitas yang ada. Anak dengan kecerdasan eksistensial tinggi akan tertarik dengan pertanyaan mengenai keberadaan manusia atau pemikiran filosofis.
Kecerdasan filosofis, kecerdasan moral, kecerdasan etis adalah ciri-ciri mereka akan memiliki potensi kepemimpinan yang baik. Banyak bisnis yang tampaknya kuat telah jatuh di bawah pengaruh pemimpin yang tidak memiliki kecerdasan moral dan kecerdasan etika ini. Untuk kesuksesan bisnis apapun, sangat dibutuhkan pemimpin yang etis, manajer yang etis, dan karyawan yang etis.
Mereka yang cerdas secara moral memiliki sifat-sifat berikut:
- Integritas.
- Kejujuran.
- Ketidakberpihakan.
- Keadilan.
- Kepatuhan terhadap kebijakan etis.
Setiap individu mempunyai kesembilan potensi kecerdasan yang dapat dikembangkan. Meski demikian, seiring berbagai pengalaman, pemberian stimulasi, dan perkembangan minat, akan terlihat individu-individu yang memiliki potensi menonjol pada salah satu atau beberapa aspek kecerdasan tersebut.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua, tenaga kesehatan, kader, dan guru untuk memberikan stimulasi terhadap kesembilan aspek kecerdasan tersebut.
Dari 9 kecerdasan majemuk manusia berdasarkan teori dari Gardner di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki potensi sembilan kecerdasan itu. Setiap orang memiliki kapasitas dalam 9 kecerdasan yang berfungsi bersamaan dengan cara yang berbeda-beda pada setiap orang (each brain is unique).
Ada yang mempunyai tingkatan sangat tinggi pada semua kecerdasan, ada yang cenderung rendah pada semua tingkatan. Umumnya berada di kedua kutub ekstrem ini, yaitu: sangat berkembang dalam sejumlah kecerdasan, cukup berkembang dalam kecerdasan tertentu, relatif agak terbelakang.
Pada umumnya orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai tingkat penguasaan masing-masing. Kecerdasan umumnya bekerja bersamaan (simultan) dengan cara yang kompleks. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri.
Kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain (the brain is about connection and disconnection).
Masa Remaja
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pesat baik fisik, psikologis maupun intelektual.
Di samping pertumbuhan dan perkembangan juga punya sifat khas yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan, serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial yang lebih berat, bahkan mungkin mengalami depresi sampai ke arah bunuh diri.
Kelompok remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Di Indonesia memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari penduduk. Ini sesuai dengan proporsi dunia di mana jumlah remaja juga 1/5 penduduk dunia atau sekitar 1,2 miliar (WHO 2003).
Kemajuan teknologi dan era globalisasi, informasi yang diterima secara berulang akan membentuk suatu kebiasaan, perilaku, dan kepribadian seseorang sesuai dengan cara pembelajaran otaknya.
Informasi yang dilihat dan didengar dari lingkungan, masuk ke organ otak diproses sesuai dengan kapasitas kemampuan inteligensi dasar yang dimiliki oleh seseorang. Tingkat pendidikan remaja untuk merespons lingkungan akan sangat menentukan dalam pembentukan pola perilaku.
Jadi tidak heran, bahwa kemajuan teknologi dapat mengubah pola perilaku remaja sesuai dengan kerja otak (cek juga Digital Natives vs Digital Immigrants).
Dampak positifnya menumbuhkan pola pikir yang kritis untuk terus-menerus mangembangkan diri mengikuti kemajuan teknologi yang telah ada.
Sedang dampak negatifnya terjadi penyalahgunaan teknologi untuk tindak kejahatan yang dilakukan remaja yang masih berjiwa labil dan mudah dijebak dalam hal-hal yang berpengaruh buruk.
Bahkan terbukti terjadinya berbagai kerusakan sel otak para remaja kita yang bermanifes perilaku peyimpang. Stimulus yang diberikan kepada remaja adalah optimalisasi potensi kecerdasan majemuk pada remaja.
Selain pengenalan dan pengembangan potensi kecerdasan majemuk pada remaja, juga melalui pengembangan pola-pola dalam aktivitas-aktivitas pembinaan remaja di masyarakat.
Asupan gizi, kematangan saraf, fungsi fisik yang optimal menjadi sarana dasar yang perlu dipersiapkan untuk mengoptimalkan kecerdasan majemuk.
Hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang tidak saja cerdas tapi juga berprestasi di bidangnya, berkepribadian matang, kreatif, produktif, dan dapat mengendalikan diri serta siap menghadapi berbagai macam permasalahan dalam kehidupan sosial. (BIS)
Sumber literatur: 1) Buku Potret Kesehatan Inteligensia Indonesia - Dari Delapan Mata Angin, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). 2) The Leadership Brain, Marilee Sprenger, International Educational Neuroscience Consultant. 3) Sumber video: Youtube.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H