Mohon tunggu...
AR Rahadian
AR Rahadian Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setetes Embun di Pagi Hari

6 April 2017   15:28 Diperbarui: 6 April 2017   23:00 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Dari beberapa kali pertemuan, suatu saat ayah menanyakan tentang sekolah dan cita-citaku,  aku jawab  aku telah putus  sekolah  dan bercita-cita  untuk menjadi seorang dokter bedah, agar dapat mengoperasi penyakit ibu dan menyembuhkan penyakitnya. Dan ayah juga memperhatikan perilaku saya yang selalu menyembunyikan tangan kiri,  saya waktu itu menolak dikarenakan malu, setelah ayah melihatnya,   ayah bilang jangan malu nak! Tanda yang ada di tanganmu adalah tanda dari Allah yang telah menetapkan lewat tanganmu banyak orang yang akan engkau selamatkan. Sungguh! Ayah kata-kata itu adalah doa bagi saya dan yang telah membangkitkan semangat untuk giat belajar. Dan diluar dugaanku, ayah pun  dengan  sukarela  mau  menjadi  ayah  angkatku.  Bahkan  ayah  pula  yang membawa  ibu berobat hingga ibu mendapatkan  bantuan pengobatan gratis dari suatu yayasan yang ayah kenal. Terimakasih ayah, atas semua budi baikmu yang tak ternilai oleh harta bahkan nyawa sekalipun, aku dapat menjadi seperti semua bukan karena kepintaran dan kerja keras ku, namun semua berkat jasa dan doa dari ayah” Kembali ia mengusap airmatanya,

“Ayah, tiga tahun yang lalu, saat saya ada seminar di kota ini, saya mencari-cari akan  keberadaan  ayah.  Saya  menanyakan  ketempat  dulu  ayah  bekerja,  dan mereka katakan jikalau ayah sempat dipindahkan kebeberapa kota, lalu mereka menyarankan agar mencari data-data tentang ayah di sekertariat pensiunan. Dan saya pun meminta alamatnya  lalu saya melanjutkan pencarian tentang ayah ke kantor  sekertariat.  Dari  sanalah  saya  temukan  alamat  ayah,  namun  sayang ternyata rumah ayah telah di jual dan pemilik yang baru tidak mengetahui akan keberadaan ayah. Hampir-hampir saya putus asa di buatnya, namun perjuangan saya  akhirnya  membuahkan  hasil  juga,  ini  semua  berkat  pertolongan  Allah, seminggu  yang  lalu, Andi anak kami yang baru berumur lima tahun. Di tengah malam terbangun dan ia menangis, herannya ia mengatakan kepada kami bertemu seorang  kakek  duduk  dikursi  roda  dan  memangkunya  serta  berkata  ini aku kakekmu.  Setelah  kejadian  itu  ia  senatiasa  meminta  kami  untuk  menemui kakeknya, kami ajak untuk menemui ayah mertua saya, dia bilang bukan kakek yang  ini, ia bilang  kakek  Andi.  Saya  tidak  menyadari  pada  saat  itu, jika yang dikatakan anak kami adalah kakek yang namanya Andi, setelah saya renungkan akhirnya menemukan jawabannya bahwa kakek yang dimaksud anak kami adalah ayah.  Saya  pun mencari kembali ke  kantor  pensiunan  ayah dan melacak  dari beberapa data mungkin ayah dirawat di sebuah rumah sakit. Jika berdasarkan dari mimpi anak  kami yang  mengatakan  ayah duduk  di kursi roda. Setelah dilacak melalui jaminan  kesehatan  milik  yayasan  pensiun  tempat  ayah dulu mengabdi, menunjukkan bahwa ayah pernah di rawat beberapa kali di rumah sakit yang kini saya bekerja di sana. Dan disana terdapat data nomor telepon dari seseorang yang bernama Ardy Firmansyah, kemudian saya menelepon nomor tersebut namun yang menerima adalah asisten rumah tangga pak Ardy. Saya katakan bahwa, saya dari pihak rumah sakit dan hendak menanyakan perihal kesehatan Pak Andy untuk data asuransi. Akhirnya asisten itu menceritakan tentang ayah dan memberikan alamat ini kepada saya” Agung pun mengahiri kisahnya yang begitu panjang,

Pak Andi terlihat menangis penuh haru dan tampak pula mata Arya dan pipit yang sejak tadi duduk di pinggir kasur dan menyimak kisah tersebut ikut larut dalam keharuan, dan mata mereka pun berkaca-kaca .

“Ayah, tujuan saya kemari dan menemui ayah adalah salahsatunya menunaikan amanah dari almarhumah ibu yang mengatakan kepada saya, agar saya mencari ayah untuk mengucapkan terimakasih atas semua yang telah ayah lakukan kepada saya dan ibu” Lanjut Agung,

“Nak Agung, nggak perlu sampai repot-repot seperti ini, sebab sudah kewajiban kita untuk saling menolong dan berbagi bukan saja dengan saudara dan orang yang kita kenal. Namun kepada semua sesama kita, wajib bagi kita untuk murah hati dan ringan  tangan  dalam  menolong  serta  membantu.  Dan dalam  membantu  terus terang, saya tak mengharapkan pamrih apapun”  Ucap pak Andi

Sebelum  Agung  mengucapkan  kata-katanya  muncullah  dari balik  pintu seorang anak laki-laki dan dengan lincahnya ia berlari dan menghampiri pak Andi, seraya memeluk kedua pahanya dan mengucap,

“Papa..ini kakekku…” Ucapnya, dan ia pun memegang tangan pak Andi dan menempelkan di dahinya sebagai tanda hormat,

“…….”  Pak  Andi hanyut  dalam  kesedihan,  haru dan bahagia.  Ia begitu  bahagia manakala  seorang  anak  kecil  menyebutnya  kakek  dan  memeluknya  dengan hangat, tiga tahun lamanya ia menahan kerinduan akan cucunya hadir dan berkata “kakek” serta memeluknya, kini bagaikan hujan sehari yang telah menghidupkan tanah yang telah mati, terobati sudah dahaga kerinduanya oleh setetes embun di pagi hari….terimakasih Tuhan atas segala nikmat yang telah Engkau berikan…kini aku mengerti, inilah tugas yang terakhir dari-Mu yaitu menantikan kedatangan satu keluarga kecil yang akan menghapuskan dahaga kerinduanku, satu keluarga yang akan menghidupkan jiwa dan hati yang telah kering….terimakasih Tuhan atas segala kesempatan yang telah Engkau berikan…..

*****____________*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun