Mohon tunggu...
AR Rahadian
AR Rahadian Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setetes Embun di Pagi Hari

6 April 2017   15:28 Diperbarui: 6 April 2017   23:00 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Malam nak Aryo, sudah tadi” Jawabnya sambil menganggukkan kepala,

“Sekarang di minum obatnya yah pak” lanjutnya dengan penuh perhatian

Setelah meminum obatnya, pak Andi menarik tangan Aryo, dan berkata,

“Nak Aryo, terimakasih yah atas semuanya. Andai saja putra-putri saya memiliki hati yang penuh perhatian seperti nak Aryo tentunya bahagia sekali hati ini” Katanya sambil mengelus air mata yang mulai berlinang membasahi pipinya,

“Sungguh nak Aryo, saya tidak meminta uang atau pun harta, cukup bagi saya adalah perhatian dan kasih mereka. Dan saya pun masih memiliki sedikit simpanan, sisa setelah saya bagikan harta yang saya punyai kepada mereka. Saya tidak ingin harta mereka..…nak Aryo, apa benar saya hanya merepotkan?” tanyanya dengan lirih,

“Tidak  pak  Andi,  sungguh  bapak  tidak  merepotkan.  Malah  membuat  hati kami bahagia  dan kami sangat  senang  apalagi kami masih diberi kesempatan untuk berbagi kasih”   Jawab Aryo sambil mengusap airmata yang membasahi pipi pak Andi, lanjutnya,

“Pak,  saya  dan istri telah di tinggal oleh kedua  orangtua  kami masing-masing semenjak usia kami masih muda. Dan kami berharap untuk dapat merawat mereka pada masa tuanya, namun Tuhan berkehendak  lain. Tetapi kerinduan hati kami terjawab sudah oleh-Nya, dengan merawat bapak dan yang lainnya seakan-akan telah menghadirkan  kembali sosok kedua orangtua kami. Bapak jangan banyak memikirkan yang lain yah pak, lebih baik bapak bersukacita dan nikmati sisa hidup ini, kami bangga dapat merawat bapak” Dengan penuh perhatian dan kelembutan Aryo menjawab

“Iya  nak  Aryo,  maaf  bapak  yang  terbawa  dalam  kerinduan  hati….terimakasih banyak nak! Telah menguatkan hati bapak” Pak Andi pun berucap,

“Baiklah pak, sekarang istirahat yah, mari saya bantu ke kasur” Kata Aryo sambil mengulurkan tangannya,

“Tidak usah nak Aryo, saya harus terus belajar untuk dapat mandiri” Kilah pak Andi, dan dengan halus menolak bantuan Aryo,

Dengan agak susah payah ia geser kursi rodanya untuk lebih dekat pada bibir kasur, dan dengan semangat yang tinggi ia berusaha keras merengkuh kasur dan mendorongkan badannya. Dengan usahanya yang keras akhirnya tubuh pak Andi pun dengan lembut mendarat di atas kasur, Aryo yang sedari tadi memperhatikan tersenyum dalam hati ia bergumam “…luarbiasa pak Andi ini, semangat hidupnya begitu tinggi”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun