“Pak Andi, sekarang tidur yah, saya hendak menengok yang lain. Selamat tidur pak Andi” Ucap Aryo sambil berlalu meninggalkan Pak Andi dalam keheningan malam.
Malam mulai larut, namun tiba-tiba mata Pak Andi terbuka dan ia terbangunkan dari sebuah mimpi…ada apakah ini? pikirnya dalam hati. Ia pun merenungkan dari mimpi yang telah terjadi, dimana dalam mimpinya, ia melihat salah satu cucunya tertabrak kendaraan dan saat itu ia melintas di sekitar tempat kejadian, ia memangku cucunya dan membawanya, namun nyawa cucunya tak tertolong, ia menghebuskan nafasnya yang terakhir dalam pangkuannya. Apakah arti mipiku ini? begitulah pikirannya menerawang. Ia pun lantas berdoa kepada Tuhan memohonkan untuk menjauhkan hal-hal buruk menimpa semua cucu dan anak-anaknya.
Ingatannya membawa kembali pada perlakuan anak-anaknya terhadap dirinya dimana tiga tahun yang lalu sebelum ia terdampar di panti asuhan ini. Ia tinggal di rumah anaknya yang tertua yang adalah seorang pengusaha dan telah di karunia tiga orang anak yang lucu dan manis. Namun hanya karena ia senantiasa menyenggol perabotan hingga suatu ketika sebuah guci kesayangan anaknya, tak sengaja tersenggol dan akhirnya pecah. Dan ia pun masih mengingat bagaimana kata-katanya,
“Pa! tahu ngga berapa harga guci ini? di bayar dengan seluruh uang pensiun papa pun tak akan kebayar, dasar tua bangka! Saya, untuk mendapatkan guci ini saja sangat susah payah, tahu nggak ini barang antik dan langka…seharusnya papa tahu diri! dan lebih hati-hati. Ini, sudah nggak bisa apa-apa masih saja mau keluyuran, kenapa tidak diam saja di kamar?” umpat anaknya,
“Iya nih tua bangka! Kemarin-kemarin gelas kristalku yang berharga jutaan rupiah, kini guci antik yang harganya saja selangit. Papa kan sudah tahu dilarang masuk ruangan keluarga, kenapa bandel juga?” Istri Ardy pun ikut menghardiknya
“Ma…ma..ma..maafkan papa, Ardy dan Nancy, papa hanya ingin bermain dengan
Mitchel. Apakah_” Belum bicaranya selesai, dengan kasarnya Ardy memotong,
“Sudah!...sudah…! Saya tidak mau dengar lagi alasan!…mulai hari ini juga beresin pakaian papa!, Ardy sudah tidak mau melihat papa lagi….tua bangka! Hanya merepotkan saja” Bentaknya sambil mendorong kursi roda ayahnya menuju kamar dan membereskan seluruh pakaian ayahnya.
“Benar Pih! Aku sangat setuju dengan pendat papi” Nancy pun turut mendukung suaminya
Ia pun membawa ayahnya ke rumah adik nya. Andryansah adalah seorang pengacara yang banyak menangani kasus-kasus korupsi besar dan kasus besar lainnya, namun setelah mendengar apa yang sudah terjadi di rumah kakaknya ia pun dengan keras menolak untuk merawat ayah mereka. Akhirnya mereka menelepon adik mereka yang bungsu, yang di wakili oleh yang sulung.
“Halo…Devi, kamu lagi dimana?” Ardy langsung bertanya,