Pak Andi pun menghentikan sejenak kegiatannya dan menghampiri suara itu, dan ia pun membuka pintu sambil berkata,
“Selamat pagi, sama sekali tidak mengganggu “
“Eh, nak Pipit dan nak Aryo, silahkan masuk?” lanjutnya, mempersilakan masuk
“Terimakasih pak Andi” Jawab Aryo “Oh, yah pak, kenalkan ini adalah Dokter Agung dokter spesialis bedah, yang bertugas di rumah sakit terkenal di kota ini” yang kemudian memperkenalkan seseorang kepada pak Andi,
Pak Andi nampak kebingungan dan ini trelihat dari lipatan yang nampak di dahinya. Dalam hatinya bertanya, “….apakah aku hendak dioperasi, tapi apanya yang di operasi?....” Belum hilang rasa bingungnya, pria yang bernama Agung itu kemudian menghampiri pak Andi. Dengan berjongkok ia raih tangan kiri pak Andi dan menempelkannya di dahinya, seraya berkata,
“Pak, saya Agung…mudah-mudahan bapak masih dapat mengingat akan saya, dulu sewaktu saya masih kecil pernah di tolong oleh bapak”
“….” Bertambah bingung lah pak Andi setelah mendengar ucapan itu kemudian iapun mencari-cari dalam memori ingatannya, tentang siapakah gerangan orang yang berada dihadapannya ini.
“Maaf nak, siapa tadi?”
“Saya Agung, pak Andi”
“Agung…Agung….yang mana yah…dan yang pernah saya tolong? Dimana dan kapan?...maaf nak Agung, sungguh saya tak dapat mengingatnya karena, saya tidak pernah mau mengingat apa, dimana dan siapa yang telah saya tolong dalam kehidupan saya”
“Maaf pak Andi, mungkin bapak akan mengingatnya manakala dulu di depan Statsiun Kereta Api tepatnya di kedai bu Wanti. Setiap makan siang bapak selalu menyemirkan sepatu bapak kepada seorang anak kecil, walaupun sepatu bapak masih bersih, masih saja bapak menginginkan anak itu untuk membersihkan sepatu bapak. Selain memberi uang jasa yang sungguh pak! lebih dari tarip, bapak juga memberikan anak itu makan siang gratis” kembali Agung berkata sambil memceritakan sebuah kisah sebagai sarana untuk membantu ingatan pak Andi.