Aku tak berkutik, tak dapat mengatakan tidak. Sampai di rumahnya. seperti yang dibilang, ia memang tinggal sendirian.
“Siapa calon isterimu bang” Pertanyaannya sungguh menyebalkan. Seharusnya dirimu, batinku.
“Hmmm,,, belum ada”
“Ah tidak mungkin”
”benar. Untuk apa aku berbohong”
“Baiklah. Aku percaya. Oh ya sebentar, ada sesuatu untukmu”
Dia menuju ruang belakang. Memang apa yang ingin diberikan padaku? Tanyaku dalam hati. Tak berselang lama, ia muncul dengan sebuah buku yang tampaknya tak asing bagiku.
“Ini untukmu bang”
Tanganku bergetar saat menerima buku itu. Semoga covernya saja yang mirip dengan cover diaryku yang hilang. Tapi, ternyata harapku tak menyentuh kenyataan. Buku yang dia berikan ternyata memang milikku.
Aku terdiam. Sesekali kulirik wajahnya yang masih terlihat tenang.
“itu milik abang bukan?” Aku kian terpojok dan masih bungkam.