Mohon tunggu...
Bazaruddin Ahmad
Bazaruddin Ahmad Mohon Tunggu... Guru - Berkaryalah

Pernah mengajar di homeschooling kak Seto Solo. Kini Mengabdikan diri di SMA N 1 Pulau Maya. Belajar untuk Menulis. j

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rintik Hujan Tak Sampai

3 Januari 2016   12:36 Diperbarui: 3 Januari 2016   13:46 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tak usah dijawab untuk sesuatu yang sebenarnya tak perlu dipertanyakan” dia menyentuh pundakku, menatap tajam seperti belati baru diasah.

“ya, itu memang milikku. dimana kau menemukannya?”

“Dimana aku menemukannya itu tidaklah penting. Yang penting khan isinya. Aku tersanjung membacanya”

Di luar hujan merintik. Dingin angin mulai mengusik.

***

Hujan November dua tahun lalu

Kutulis namamu sebanyak titik hujan

Biar membanjiri tanah hatiku

Dan kuundang angin bernama badai

Biar ia debarkan jantung saat terhembus namamu

Lelaki itu tak kenal jemu. Satu hari satu puisi ia buat. Terlebih kala hujan sedang bermusim. Tangan dan khayalnya berirama padu menjaring ispirasi. Seperti tangki bensin terpecik api. Sekecil apapun nyalanya mampu membakar gedung bertingkat sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun