Aku hanya tersenyum menahan tawaku.
'ya dia lucu sekali' ucapku dalam hati.
"Yah, terimakasih sudah memberi tahuku dimana Ayumu berada. Aku akan pergi ke kedai pak tua Roger, sampai jumpa lagi" ucapku seraya berlari kearah kedai.
"Hei William, ada surat juga untuk mu dari istana!!" Teriaknya dari jauh.
Lari ku terhenti seketika, 'istana? Apa itu benar?' ucapku dalam hati.
Aku membalikan badan dan berteriak "aku akan datang ke istana!!. Mungkin petang nanti!!" Teriaku sambil melambaikan tangan.
Aku pun melanjutkan lari ku. Yah kedai pak tua Roger tak begitu jauh dari rumahku, dan juga tak begitu jauh dari tepi laut.
'kriiing'. Suara bel pintu berdencing saat ku buka pintu kedai.
"Hai anak muda, lama tak jumpa. Hahaha" tawa khas dari pak tua Roger,
"Hai pak, ya cukup lama tak jumpa ya,." Ucapku sambil tersenyum.
"Kopi, teh atau cokelat panas?" Tanya pak tua Roger.
"Ah, sepertinya kali ini tidak. Aku hanya sedang mencari temanku, Ayumu" aku menjelaskan
"Ah ya ya. Dia si sipit itu ya, dia ada di dapur, sebentar ya aku panggilkan" pak tua Roger berjalan kearah dapur. Ya seperti biasanya, dia lupa menawarkan ku duduk. Tapi seperti biasanya juga, aku langsung duduk di salah satu meja. Meja favorit ku,
"Ah angka yang indah" ucapku bergumam melihat ukiran di meja. Ukiran tangan bertuliskan 19 yang aku buat sendiri, ukiran yang selalu membuat aku teringat akan masa lalu yang kelam.
"Hei William! Kenapa kau bisa tau aku ada disini?" Seru Ayumu dari arah dapur.
"Payah! Kenapa kau pergi mencari uang untuk membeli beberapa pedang?" Ucapku geram.
"Bukankah kita harus mengumpulkan uang dahulu ya?" Tanya Ayumu polos
"Dasar... Kita tidak perlu mengumpulkan uang, disana gratis" ucapku sambil menundukkan kepala, heran.
"Wow!! Itu luar biasa William!!" Teriaknya girang
"Sutt, ayo kita pulang" ajaku pada Ayumu. "Pak tua Roger, kita pulang ya" ucapku pamit.
Selama perjalanan, aku hanya melihat Ayumu yang sedang menghitung uang.