Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Bahasa memiliki pengertian sebagai suatu sistem lambang bunyi yang abriter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa digunakan untuk menyampaikan sebuah maksud dan tujuan yang akan disampaikan dan terjalinnya komunikasi timbal balik oleh dua pihak atau lebih. Dengan adanya bahasa,semua manusia bisa memahami satu sama lain. Bahasa sendiri mengandung unsur kata dan kalimat yang memiliki berbagai makna yang saling berbeda tergantung konteks yang sedang dibicarakan. Salah satunya adalah penggunaan kalimat sarkasme.
Ganie (2015:259) mengatakan bahwa Sarkasme adalah suatu gaya bahasa yang mengungkapkan sindiran secara kasar, bersifaat mencemooh, menyakitkan hati, dan tidak enak didengar.
Sarkasme sendiri memiliki konotasi yang bersifat negatif karena adanya suatu kalimat tersirat yang digunakan itu bersifat menjelekkan seseorang yang dituju,berbeda dengan kalimat satire yang bersifat humor atau lucu, sarkasme menggunakan sebuah kalimat sindiran yang terkesan tidak baik atau kasar yang bertujuan menjatuhkan lawan yang dituju.
Kalimat Sarkasme sering digunakan dalam ruang lingkup masyarakat terhadap pemerintah. Sering kali di kehidupan nyata pemerintah melakukan suatu tindakan atau kebijakan yang terkadang tidak sejalan dengan prinsip kenegaraan seperti adanya pelanggaran dalam berbagai aspek seperti aspek sosial,budaya,hukum,ideologi,dan sebagainya. Dalam hal inilah yang membuat masyarakat di suatu negara melakukan suatu kritikan terhadap pemerintah. Kritik itu sendiri bersifat membangun dan juga bersifat menjatuhkan. Salah satu kritikan menjatuhkan terjadi pada mahasiswa terhadap Presiden dan Wakil Presiden.
Pada beberapa waktu belakangan ini media sosial dihebohkan dengan berita aksi Mahasiswa BEM FISIP Unair memberikan ucapan selamat atas terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden Indonesia ke-8, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, dengan menggunakan karya seni karangan bunga yang memuat beberapa kalimat bermakna Sarkasme yang ditujukan oleh beberapa pihak.
Aksi Kritik ini mengundang kontroversial di media sosial. Pada salah postingan akun instagram @mood.jakarta banyak warganet menulis ketidaksetujuan atas kritikan yang dilakukan oleh BEM FISIP Unair karena menggunakan kata-kata yang bersifat menyindir dan menghina yang sepatutnya tidak dilakukan seorang mahasiswa.
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
 Pada Informasi yang sudah ditulis di atas, Pentingnya untuk mengetahui dan memahami makna dari penggunaan gaya bahasa Sarkasme yang dilakukan oleh Mahasiswa terhadap kritikan Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini sangat penting dilakukan karena bagaimana suatu kalimat Sarkasme digunakan di ruang publik dan apa latar belakang yang mendasarinya dari ruang lingkup kewarganegaraan.
Gap Penelitian
Penelitian tentang gaya bahasa dalam sebuah media biasanya terjadi pada karya-karya seperti pantun, puisi, cerita rakyat, gurindam dan sebagainya. Contohnya pada penelitian tentang penggunaan gaya bahasa pada puisi-puisi karya Fadli Zon. Disana peneliti memaparkan analisis mengenai apa saja bentuk gaya bahasa yang digunakan oleh Fadli Zon dalam membuat sebuah puisi. Namun, kekurangan pada penelitian tersebut ialah tidak adanya penilaian dari sudut pandang masyarakat mengenai puisi-puisi karya Fadli Zon tersebut. Peneliti hanya memberi penilaian subjektif tentang puisi-puisi tersebut.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penulisan di dalam puisi-puisi karya Fadli Zon tersebut memiliki banyak gaya bahasa, salah satunya sarkasme. Sedangkan organisasi BEM FISIP di Unair juga melakukan kegiatan serupa namun dalam bentuk karangan bunga. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya bahasa yang digunakan oleh BEM Fisip Unair didalam karangan bunga tersebut. Penelitian ini juga ingin memaparkan bagaimana tanggapan masyarakat mengenai karangan bunga tersebut, sehingga tidak terjadi penilaian secara subjektif.