Muijs dan Reynolds (2008:105-106) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran konstruktivisme dibagi ke dalam empat fase yaitu sebagai berikut.
- Fase awal/Apersepsi
Kegiatan yang dilakukan dalam fase ini adalah guru memulai dengan pertanyaan terbuka (apersepsi). Mendorong siswa agar memberikan jawaban-jawaban terbuka dan mendiskusikan tentang masalah yang ditanyakan. Guru dapat mencoba alternatif dengan mengenalkan sebuah masalah yang relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Mengenalkan kepada siswa sebuah situasi yang membingungkan atau mengejutkan. Hal itu akan memacu siswa untuk berusaha menemukan aturan atau defenisi dan akan menetapkan sebuah kegiatan untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang dikenalkan guru.
- Fase eksplorasi
Dalam fase eksplorasi siswa mengerjakan kegiatan yang ditetapkan guru di fase pertama. Kegiatan ini biasanya bersifat eksplorasi, melibatkan situasi atau bahan-bahan nyata dan memberikan kesempatan untuk kerja kelompok. Kegiatannya mesti distrukturisasikan sedemikian rupa sehingga para siswa menghadapi isu-isu yang memungkinkan mereka mengembangkan pemahaman dan mestinya juga cukup menantang (meskipun tidak melampaui kemampuan mereka). Ada baiknya untuk meningkatkan siswa tentang proses-proses metakognitif yang mungkin ingin mereka tetapkan ketika menyelesaikan masalah.
- Fase refleksi
Selama fase ini, siswa mungkin diminta untuk menelaah kembali kegiatan yang telah dilakukan dan menganalisis serta mendiskusikan apa yang telah mereka kerjakan, baik dengan kelompok-kelompok lain atau dengan guru. Guru dapat memberikan perancah (scaffolding) yang bermanfaat selama fase ini, melalui pertanyaan atau komentar yang dirancang untuk mengaitkan eksplorasi itu dengan konsep kunci yang sedang dieksplorasi.
- Fase aplikasi
Setelah itu guru dapat meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan berbagai temuan dan menarik kesimpulan. Langkah berikutnya dapat diidentifikasikan oleh guru atau siswa, dan poin-poin kunci disimpulkan.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan studi eksperimen terhadap efektivitas model pembelajaran konstruktivisme sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis esai. Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design.
Dengan mengacu pada desain di atas, penelitian ini menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang keduanya diberi perlakuan. Kelompok yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran konstruktivisme dinamakan kelompok eksperimen dan kelompok yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran tradisional dinamakan kelompok kontrol. Untuk mengetahui kemampuan menulis esai siswa diberi tes awal tanpa menggunakan model pembelajaran konstruktivisme, kemudian diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk kelompok eksperimen dan diikuti dengan tes akhir yaitu tes menulis esai.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penilaian tes awal diperoleh kemampuan menulis esai siswa yang pembelajarannya menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dan yang dengan model pembelajaran tradisional.
Tabel 1.1