"Pak, tidak apa-apa jika Noella ikut bertarung jika sewaktu-waktu mereka datang dan mencari masalah?"
"Boleh saja, kenapa tidak? Kan bapak sudah bilang, bagi perempuan yang mempunyai goloknya sendiri dipersilakan untuk ikut bertarung jika sewaktu-waktu pertarungan itu terjadi"
"Terima kasih yah, pak. Noella pikir bapak gak bakal mengizinkan Noella"
"Kamu berhak mendapatkan apa yang kamu mau nak. Leluhur kita juga tak pernah melarang perempuan untuk berperang. Kamu tahu? Mak tua pernah bercerita, dahulu ada kepala desa kita seorang perempuan, ia berhasil mengusir penjajah yang berasal dari Jepang di wilayah kita. Perempuan itu bernama Noella. Bapak sangat kagum mendengar cerita mak tua pada saat itu. Bapak berjanji di dalam hati ketika itu, jika bapak mempunyai anak perempuan akan bapak beri nama Noella dan berharap anak bapak bisa sehebat mak tua Noella. Dan anak bapak sekarang semakin dewasa semakin hebat"
"Terima kasih pak, Noella sangat beruntung jadi anak bapak"
"Sama-sama nak. Sana pergi tidur udah malam"
"Iya pak, selamat tidur" ucap Noella sambil memelukku.
...
Sudah sebulan semenjak kedatangan dua orang tersebut, namun tak ada orang lagi yang datang. Apa mereka sudah benar-benar lelah? Apa mereka mendengarkan permintaan kami? aku bertanya-tanya.
Kami melonggarkan penjagaan kami dan tiba-tiba saja Sinyo datang ke rumahku dan berbicara, ada Gubernur datang ke desa kami secara langsung, dia bersama dua ajudannya, kami tidak sempat membicarakan ini. Gubernur itu terlanjur datang terlebih dahulu. Ditambah Sebagian warga sedang berburu, dan ada yang sedang tidur. Keadaan desa kami sedang sepi, hanya ada anak-anak yang sedang bermain.
"Permisi pak, saya Nazarudin. Tujuan saya datang kesini untuk bernegosiasi. Saya harap pak Basri ingin berbicara dengan baik kepada pihak kami"