Mohon tunggu...
Ayu Nur Alizah
Ayu Nur Alizah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hello! Kadang suka nulis cerpen/curhat/puisi. Kalau suka sama tulisan saya https://trakteer.id/iuxxyz, kasih uang jajan ke saya ya! hihihihi Terima kasih!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Rampas Tanah Adat Kami

12 Februari 2022   20:22 Diperbarui: 12 Februari 2022   20:36 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi: www.instagram.com/fadilmlnn

Nadien mengunggahnya ke media sosial. Video tersebut banyak yang mempertanyakan kebenarannya, apa benar separah itu? karena tidak diberitakan oleh tv. Tak banyak juga yang mendukung masyarakat adat untuk tetap bertahan, dan menuntut ganti rugi atas masyarakat adat bu Elle. Nadien bercerita kepada pihak kami, bahwa akan mendapat bantuan hukum gratis, jika mereka seenaknya saja. Dan banyak respon untuk membuat petisi dan diadakan demo di wilayah masing-masing untuk menuntut keadilan hak kami agar tidak terkena gusur.

Dua hari setelah video tersebut dibuat, Gubernur brengsek itu datang membawa alat berat untuk membongkar bangunan dan juga banyak sekali polisi bersenjata lengkap serta bertameng.

Teman Nadien yang bertugas untuk memfoto dan memvideo mengumpat agar tidak ketahuan, dan bisa mengumpulkan bukti.

Gubernur itu menyerahkan surat, bahwa tanah kami akan segera digusur. Aku emosi dan hampir saja tanganku memukul kepala botak orang brengsek itu. Belum sampai, kepala dan badanku ada yang memukul dan tanganku seketika diborgol.

Nadien yang berada dekat denganku juga ditangkap. Polisi brengsek itu juga menarik hp Nadien dan menginjaknya, sehingga bukti-bukti rekamannya hilang. Aku dan Nadien ditarik paksa menuju mobil polisi. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana keadaan di desa. Nadien mencoba menenangkanku dan mengingatkan ku, bahwa di desa masih ada Noella, Sinyo dan juga Marlo serta petinggi yang lain.

Aku dan Nadien dibawa ke kantor polisi, sesampainya di sana, sudah ada kuasa hukum untuk kami, sehingga polisi sialan itu tidak bisa semena-mena lagi terhadap kami. Pengacara yang membantu kami bernama Imanuel.

Dia bilang, kepadaku dan Nadien untuk tenang.  Video yang kami ditangkap dan foto traktor sudah tersebar. Bahkan ada yang membuat petisi untuk berhenti mengganggu wilayah kami, dan untuk membebaskan kami.

Di Jakarta, organisasi yang berhubungan dengan lingkungan membantu kami untuk menyebarkan kejadian yang sebenarnya. Aku sedikit tenang dengan ucapan Imanuel.

Dua teman Nadien, masih memfoto dan memvideo keadaan di sana, dan menyebarkannya ke media sosial. Ketika sudah ramai. Wartawan satu persatu mulai datang ke desa. Namun, tetap saja perlawanan orang-orang tak didengar.

Ketika mobil traktor tersebut mau dinyalakan, polisi menjaga di sekitar. Noella dan warga lainnya sudah siap untuk melawan. Noella memegang kayu, dan polisi yang memakai perlindungan terus dipukul mundur oleh Noella dan warga desa lainnya.

Akhirnya Gubernur datang ke tempat itu. Dan menghentikkan sementara penggusuran lahan, aku dan Nadien pun dibebaskan. Perjuangan kami belum berakhir, masih ada kemungkinan, kalau mereka masih akan terus merampas tanah kami. Aku selalu bertanya, kenapa orang-orang berduit dan berkuasa selalu ingin merampas yang bukan miliknya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun