Mohon tunggu...
Ayub Al Ansori
Ayub Al Ansori Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penikmat tulisan. Peminum teh hangat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca PMII Cirebon (Ikhtiar Menuliskan Sejarah PMII Cirebon)

16 Maret 2016   18:27 Diperbarui: 4 April 2016   14:31 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di PMII Cirebon sendiri baik PC, PK, maupun PR, telah melakukan proses kaderisasi yang disebutkan di atas tadi. Untuk MAPABA dilaksanakan oleh setiap PR atau PK, untuk PKD dilaksanakan oleh PK, dan untuk PKL dilaksanakan oleh PC. Begitupun pengaderan non-formal, sudah banyak dilakukan oleh PC, PK, dan PR di PMII Cirebon.

Sebut saja selama kurun waktu masa bhakti 2014-2015 telah dilaksanakan sebanyak 12 (dua belas) kali MAPABA oleh PR dan PK PMII di Cirebon, 1 (satu) kali PKD oleh PK. PMII IAIN SNJ Cirebon, dan 1 (satu) kali PKL oleh PC. PMII Cirebon. Tidak hanya pengaderan formal yang dilaksanakan oleh PC, PK, dan PR PMII di Cirebon, tetapi juga pengaderan non-formal, seperti Sekolah Advokasi, Pelatihan Administrasi dan Manajemen Organisasi, Pelatihan Jurnalistik, Kursus Bahasa Inggris, Pelatihan Karya Tulis Ilmiah, Sekolah Dasar Kepemimpinan, dan lain sebagainya.[15]

Ini menunjukkan bahwa proses kaderisasi di PMII tidak sebatas kaderisasi formal, tetapi juga kaderisasi non-formal sebagai follow up dari kaderisasi formal di PMII. Meski pada kenyataanya masih banyak kendala dan hambatan pada pelaksanaanya.

Bukan organisasi kalau tidak ada masalah, kendala, dan hambatan. Salah satu masalah yang sering dialami di semua level kepengurusan di PMII adalah tidak optimalnya kinerja pengurus. Ini merupakan masalah klasik yang dihadapi organisasi kader semacam PMII, terlebih kader-kadernya masih menyandang status sebagai mahasiswa yang dituntut studinya. Belum lagi dihadapkan pada konflik-konflik internal organisasi. Meski pada hakikatnya konflik tersebut merupakan cara bagaimana belajar dewasa, belajar menghargai, belajar komunikasi yang baik, dan belajar mengelola kepemimpinan di PMII.

Dengan demikian, menurut penulis, PMII Cirebon akan menjadi lebih baik dan solid ketika pengurus, kader, dan anggotanya bahkan alumninya bisa saling memahami dan menyadari. Faham dan sadar akan pentingnya komunikasi yang baik, saling melengkapi, saling menasihati, saling mengkritik yang membangun. Tradisi kritik itu baik seperti ilmuan terdahulu. Berkat kritik tersebut kita akan sama-sama menjadi besar dan lebih profesional. Sehingga tidak perlu banyak pertengkaran, meski banyak perbedaan. Tidak perlu ada dendam meski ada perselisihan. Tidak perlu saling acuh meski suasana kian mengeruh. Sebagai kader PMII kita selalu diajarkan saling menghormati. Saling dukung dalam kepengurusan adalah kunci dari kemajuan dan solidnya organisasi.

Salah satu bait Mars PMII “satu barisan dan satu cita, satu angkatan dan satu jiwa” menegaskan bahwa PMII harus senantiasa solid karena kita -di PMII- adalah keluarga. Karena kita berada dalam satu cita dan jiwa, maka akan menepis segala kemungkinan terburuk yang menimpa PMII. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Begitu orang sering mengatakan slogan yang berkaitan dengan organisasi. Sekali lagi, kita –PMII- mengenal “satu barisan dan satu cita, satu angkatan dan satu jiwa”. Salam Pergerakan!.

 

*) Penulis adalah Kader PMII Cirebon.

[1] Nur Sayyid Santoso Kristeva, Manifesto Wacana Kiri, Membentuk Solidaritas Organik sebuah Buku Panduan Pelatihan Basis PMII, (Cilacap: Eye On The Revolution + Revdem, 2012), hlm. 86.
[2] Tim Editor, Diaspora Pemikiran Pelajar NU dalam Mengabdi NKRI, (Jakarta: PP IPNU, 2013), hlm. 100.
[3] Fauzan Alfas, PMII dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan, (Jakarta: PB PMII, 2006), hlm. 4
[4]  Ibid, hlm. 5.
[5] Chatibul Umam, Sekitar Kelahiran PMII, dalam Muhammad Fajrul Falah (penyunting), Citra Diri PMII, (Yogyakarta: Yayasan Patria Nusantara, 1988), hlm. 3.
[6] Aiz Luthfi, Agus Sunyoto: PMII Berdiri atas Permintaan Bung Karno ke NU, dalam http://www.pmii.or.id/agus-sunyoto-pmii-berdiri-atas-permintaan-bung-karno-ke-nu/, (Jakarta: pmii.or.id, 2014).
[7] Fauzan, PMII dalam ……, hlm. 10-11.
[8] Wawancara dengan KH Ibrahim Rozi (salah seorang Pendiri PMII Cirebon) bulan Januari 2015.
[9] Wawancara dengan KH Ibrahim Rozi di kediamannya tanggal 14 Maret 2016.
[10] Data Internal PC. PMII Cirebon Masa Khidmat 2014-2015, hlm. 1-2.
[11]  Data Internal PC. PMII Cirebon Masa Khidmat 2014-2015, hlm. 2.
[12] Eman Hermawan, Menjadi Kader Pergerakan: Dari Simpatisan Menjadi Kader Militan, Dari Individu Menjadi Organizer, (Yogyakarta: KLINIK,2000), hlm. 9-16.
[13] Tim Penyelaras, Keputusan-Keputusan Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) PMII, tentang PO BAB II Pasal 2 Ayat 1, (Jakarta: PB. PMII, 2016), hlm. 91.
[14]  Ibid, hlm. 94-96.
[15]  Data Internal ……………………., hlm. 3-6.

 

Daftar Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun