Penerimaan menjadi anggota PMII dimulai dari tingkat rayon yang notabene merupakan struktur organisasi yang paling bawah dan bersentuhan langsung dengan kader. Rayon secara langsung bertanggungjawab terhadap rekrutmen anggota serta pelaksanaan pengaderan awal PMII. Namun apabila dalam sebuah Komisariat tidak terdapat Rayon maka tugas rekrutmen anggota menjadi tanggung jawab komisariat tersebut.
Rekrutmen anggota PMII di beberapa perguruan tinggi (komisariat) di Cirebon diadakan setiap tahun dan ditangani oleh pengurus rayon atau komisariat. Di beberapa perguruan tinggi, Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) secara langsung ditangani oleh rayon. Namun tak jarang pula secara kolektif dilakukan di komisariat. Bahkan ada pula yang karena ketidakmampuannya, ditangani secara bekerjasama antara komisariat dan cabang. Di komisariat IAIN Syekh Nurjati dan Unswagati Cirebon, misalkan, MAPABA ditangani dan diselenggarakan secara langsung oleh masing-masing rayon. Hal ini dikarenakan rekrutmen yang dilakukan di masing-masing rayon berhasil menjaring peserta atas kemampuan yang sudah dimiliki rayon tersebut. Bahkan beberapa rayon, misalkan Rayon Pelangi Tarbiyah dan Rayon An-Nahdloh, berhasil melakuakan kaderisasi (MAPABA) dua kali dalam satu periode kepengurusan.
Sementara di perguruan tinggi di luar IAIN, rekrutmen anggota tidak sebesar IAIN. Sehingga pelaksanaan MAPABA jarang dilakukan di tingkat rayon, namun secara kolektif dilakukan di tingkat komisariat atau gabungan rayon. Bahkan ada yang “dititipkan” di MAPABA tempat lain.
Untuk memperlebar sayap organisasi di perguruan tinggi yang lain, jalur kultural dianggap efektif. Praktisnya dilakukan dengan dua cara, yakni membangun kontak person dengan mahasiswa di perguruan tinggi tersebut dan menitipkannya pada komisariat atau rayon yang melaksanakan MAPABA. Hal ini dapat mengembangkan ghirah untuk membentuk komisariat baru. Anggota yang telah resmi masuk ke PMII praktis terikat dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh PMII. Terlebih PMII sendiri merupakan organisasi ideologi yang memegang teguh prinsip-prinsip teologis dan ideologi yang menjadi pegangannya.
Hingga hari ini berdasarkan data internal PC. PMII Cirebon, PMII Cirebon kini memiliki 1.109 anggota dan kader aktif di berbagai komisariat dan rayon PMII Cirebon.[11]
Kita ketahui bersama, kaderisasi merupakan proses wajib bagi terbentuknya gerakan massif di PMII. Dengan demikian kaderisasi menjadi sebuah tuntutan yang tidak dapat dipisahkan sama sekali dari organisasi kaderisasi seperti PMII, dengan berbagai dasar argumentasinya.
Argumentasi tersebut adalah sebagai berikut; Pertama, Pewarisan nilai-nilai (argumentasi idealis), pengaderan ada sebagai media pewarisan nilai-nilai luhur yang difahami, dihayati dan diacu oleh PMII. Nilai-nilai harus diwariskan karena salah satu sumber elan-gerak PMII adalah nilai-nilai, seperti penghormatan terhadap sesama, perjuangan, kasih-sayang. Nilai-nilai tersebut selain disampaikan melalui materi-materi pengaderan juga ditularkan dalam pergaulan sehari-hari sesama anggota/kader PMII. Kedua, Pemberdayaan anggota (argumentasi strategis), pengaderan merupakan media bagi anggota dan kader untuk menemukan dan mengasah potensi-potensi individu yang masih terpendam. Secara lebih luas, pengaderan merupakan upaya pembebasan individu dari berbagai belenggu yang menyekap kebebasannya. Sehingga individu dapat lebih terbuka untuk menyatakan diri dan mengarahkan potensinya bagi tujuan perjuangan. Ketiga, Memperbanyak anggota (argumentasi praktis), manusia selalu membutuhkan orang lain untuk dijadikan teman. Semakin banyak teman semakin manusia merasa aman dan percaya diri. Hukum demikian berlaku dalam organisasi. Di samping itu kuantitas anggota sering menjadi indikator keberhasilan organisasi, meskipun tidak bersifat mutlak. Setidaknya semakin banyak anggota, maka human resources organisasi semakin besar. Keempat, Persaingan antar-kelompok (argumentasi pragmatis), hukum alam yang berlaku di tengah masyarakat adalah kompetisi. Bahkan teori Charles Darwin, survival of the fittest, nyaris menjadi kenyataan yang tidak dapat dielak siapapun. Dalam persaingan di tingkat praktek, cara yang sehat dan tidak sehat campur aduk dan sulit diperkirakan berlakunya. Melalui pengaderan, PMII menempa kadernya untuk menjadi lebih baik dan ahli daripada organisasi yang lain. Dengan harapan utama, apabila (kader) PMII memenangkan persaingan, kemenangan tersebut membawa kebaikan bersama. Hanya sekali lagi, persaingan itu sendiri tidak dapat dielakkan. Terakhir atau yang kelima, adalah sebagai mandat organisasi (argumentasi administratif), regenerasi merupakan bagian mutlak dalam organisasi, dan regenarasi hanya mungkin terjadi melalui pengaderan. Tujuan PMII yang termaktub dalam AD/ART Pasal 4 mengharuskan adanya pengaderan. Melalui pengaderan penggemblengan dan produksi kader dapat sinambung. Oleh karena menjadi mandat organisasi, maka pengaderan harus selalu diselenggarakan.[12]
Kelima argumentasi pengaderan di atas tentu sangat ideal. Meski pada perjalannya banyak sekali rintangan. Rintangan itu menjadi penghalang maju dan suksesya kaderisasi di PMII khususnya PMII Cirebon. Kita tidak bisa menolak argument bahwa di PMII banyak sekali orang cerdas. Sehingga seringkali timbul konflik dari perbedaan pendapat orang-orang cerdas tersebut yang justru kontra produktif dengan proses kaderisasi.
Dalam pengaderan PMII dikenal tiga bentuk pengaderan. Pertama, pengaderan formal. Yakni jenjang pengaderan yang telah ditentukan dalam Peraturan Organisasi (PO). Pengaderan ini berjenjang mulai MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru), PKD (Pelatihan kader Dasar) dan PKL (Pelatihan Kader Lanjut).[13]
Kedua, pengaderan non-formal. Jenis pengaderan ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kader, seperti pengembangan skill dan lain-lain. Pengaderan ini berangkat dari pemetaan bakat dan minat kader untuk terjun dalam bidang-bidang tertentu.[14]
Idealnya, jenis-jenis pengaderan tersebut berjalin berkelanjutan. Dengan harapan kader yang nantinya terbentuk mempunyai skill memadai serta militan dalam gerakan. Kaderisasi formal menjadi penting dan utama karena merupakan dasar bagi kader PMII. Dan seterusnya pengaderan non-formal disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kader.