Pada perjalanannya, Ibrahim Rozi lebih dahulu mendirikan IPNU di Cirebon tahun 1955 bersama teman-temannya. Baru kemudian pada tahun 1960 bersamaan dengan berdirinya kampus IAIN Cirebon, yang kemudian menjadi cabang dari IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, Ibrahim Rozi yang saat itu diberi tugas mencari mahasiswa baru untuk masuk ke IAIN bersama dengan 6 (enam) orang temannya menggagas dan mendirikan PMII di Cirebon. Mereka yang mendirikan PMII Cirebon adalah  Maksudi Yusuf (Plered Cirebon), Suaeb Sumpeno (Cirebon), Umar Labib Irfan (Klayan Cirebon), Ahmad Sayuti Hasan (Kebon Baru Cirebon), Ahmad Syahari Muchsin (Kebon Baru Cirebon), Kistiharno (KS Tubun Cirebon), dan Ibrahim Rozy (Plered Cirebon). Dan ditunjuk sebagai Ketua Umum pertama PC. PMII Cirebon, pada tahun 1960, adalah H. Umar Labib Irfan, seorang jurnalis. Kemudian Ahmad Syahari Muchsin pada tahun 1966, yang tiga tahun kemudian yaitu tahun 1969 menjadi anggota DPRD Kabupaten Cirebon.[9]
Dalam ingatan Ibrahim Rozi, pada awal-awal berdirinya PMII, kegiatan-kegiatan PMII lebih mengarah pada penguatan internal khususnya diskusi-diskusi gerakan mahasiswa sebagai upaya menambah wawasan keilmuan dan kejelian dalam bernalar bagi anggota dan kader. Juga kegiatan-kegiatan pelatihan kaderisasi dan pelatihan-pelatihan kejurnalistikan. Baru kemudian pada masa Sahabat A. Syahari Muchsin terjadi pergolakan gerakan mahasiswa dengan adanya aksi yang digelar oleh KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) di Jakarta. Saat itu Ketua Presidium KAMI adalah Sahabat Zamroni yang juga merupakan Ketua Umum PB PMII. Ahmad Syahari Muchsin dan A. Sayuti Hasan mewakili PMII Cirebon berangkat ke Jakarta.
Sementara hubungan PMII dengan NU saat itu cukup erat karena sebagian pengurus PC. PMII Cirebon merupakan jebolan dari IPNU. Bahkan bisa dikatakan pendiri PMII Cirebon juga merupakan pendiri IPNU Kabupaten Cirebon. Terlepas dari itu semua, bagaimanapun PMII saat itu merupakan badan otonom (banom) NU. Saat itu di Cirebon belum ada wadah organisasi bagi mahasiswa NU. Dengan berdirinya PMII, mahasiswa NU begitu antusias ingin mendirikan PMII di Cirebon, termasuk mahasiswa yang masih tergabung dalam organisasi IPNU Cirebon. Namun demikian tidak terlalu banyak konflik kepentingan antara PMII dan IPNU saat itu. PMII dan IPNU masing-masing berjalan sesuai dengan garapan dan bidangnya masing-masing.
C. Â Struktur Kelembagaan
Sebagai salah satu cabang dari PMII, PC. PMII Cirebon tidak dapat melepaskan diri secara penuh dari peraturan-peraturan dasar yang telah  ditetapkan. Ia berkewajiban menjalankan AD/ART, keputusan kongres, serta peraturan organisasi. Termasuk peraturan eksistensi cabang yang mensyaratkan paling tidak memiliki dua komisariat.
PC. PMII Cirebon dalam struktur organisasi berada di bawah PB (Pengurus Besar) PMII dan PKC (Pengurus Koordinator Cabang) PMII Jawa Barat, serta membawahi beberapa PK (Pengurus Komisariat) dan PR (Pengurus Rayon). Sampai awal tahun 2016, PMII Cirebon memiliki beberapa PK dan PR yang tersebar di 5 (lima) kampus dan 6 (enam) fakultas/jurusan yaitu IAIN Syekh Nurjati (Komisariat Syekh Nurjati), Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon (Komisariat Unswagati), STAI Ma’had ‘Ali Cirebon (Komisariat STAIMA), IAI Bunga Bangsa Cirebon (Komisariat BBC), Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon (Komisariat UNU), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN SNJ Cirebon (Rayon Pelangi Tarbiyah), Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN SNJ Cirebon (Rayon El Farouk), Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN SNJ Cirebon (Rayon An-Nahdloh), Fakultas Hukum Unswagati Cirebon (Rayon Cakrabuana), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unswagati Cirebon (Rayon Literat), dan Jurusan Tarbiyah STAIMA Cirebon (Rayon Ibnu Rusyd). [10]
Jika melihat perkembangan sebelumnya PMII Cirebon juga memiliki Komisariat di STIKOM Cirebon dan STID Al Biruni Cirebon. Namun pada perjalanannya STIKOM harus mengalami kekosongan anggota dan kader. Namun demikian penulis sendiri saat masih aktif menjadi Ketua Internal PC. PMII Cirebon masa khidmat 2014-2015, sempat rapat dengan para alumni PMII STIKOM, yang diantaranya Sahabat M. Syukron, Sahabat Jaka, Sahabati Roziqoh, Sahabat Andriyono, dan Sahabat Syihabuddin. Saat itu sudah disusun rencana untuk kembali mengaktifkan komisariat STIKOM. Namun pada realitanya belum sempat terwujud.
Sementara untuk STID Al Biruni mengalami stagnasi, meski akhir-akhir ini (awal 2016) sudah mulai terlihat semangat dari pengurus dan anggota PMII di kampus STID Al Biruni. Terlihat dengan kembali disusunnya kepengurusan Komisariat STID Al Biruni dan akan dilakukannya pelantikan.
Dalam kurun waktu tahun 2014-2016 berdiri PK PMII UNU Cirebon dan PR PMII FKIP Unswagati Cirebon (Rayon Literat). Juga kembali aktifnya PK PMII IAI BBC, PK PMII STAIMA Cirebon, PR PMII Tarbiyah STAIMA Cirebon, dan PR PMII FH Unswagati (Rayon Cakrabuana). Salah satu indikatornya adalah dengan melakukan gerakan kaderisasi dan regenerasi kepengurusan, lewat Mapaba dan RTK/RTAR.
Masing-masing komisariat dan rayon tersebut secara kelembagaan berada di bawah cabang. Namun pada fungsinya, cabang tidak secara penuh mengintervensi komisariat atau rayon, tetapi lebih sekedar sebagai fasilitator dan mediator rayon atau komisariat
D. Â Kemajuan Kaderisasi dan Pengembangan Anggota