Satu hal yang membuatnya merasa beruntung, Willy memenuhi janjinya untuk mengurus administrasi rumah sakit. Bahkan mengatakan Elyana dapat mengandalkan dirinya sampai Edy dibebaskan.
Elyana merasa senang mendengarnya. Dia pun mencoba berdamai dengan keadaan.Â
Namun kabar buruk datang secara mengejutkan dari pengacara Edy. Suaminya merasa sangat tertekan dengan proses penyidikan dan beratnya kesalahan yang harus dipertanggungjawabkan. Edy pun jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.
*
Suatu malam, Elyana merenung di sisi bayinya yang tertidur pulas.Â
Tiba-tiba terbersit wajah mantan suaminya yang selama ini begitu sabar terhadapnya. Tak sekalipun Willy membalas perbuatan yang pernah dilakukannya.
Dia lalu bertanya kepada hatinya terdalam, apakah dia merindukan Willy untuk menjadi suaminya seperti dulu? Bukankah saat itu mereka juga tak bertengkar dan tak saling menyakiti?
Semalaman Elyana tak dapat tidur. Dia terus memikirkan kenangan bersama mantan suaminya dan mulai menangisi kebodohannya.
Keesokan paginya, Elyana bersiap menghubungi Willy namun pria itu lebih dulu menekan bel.
Elyana senang bukan kepalang karena Willy berdiri di depan pintu sambil memberikan seikat bunga. Elyana memeluknya, namun tak mendapat balasan seperti biasanya.
"Apa ini?" dia bertanya saat Willy memberikan sebentuk undangan.