Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Keduanya menemukan kecocokan. Elyana merasa Edy adalah tipe pria yang dia cari. Romantis, bergairah, sekaligus humoris.Â
Elyana merasa menemukan hidupnya yang baru. Dia tidak ingin menoleh lagi ke belakang.Â
Elyana ingin membangun rumah tangga yang bahagia bersama Edy. Dia ingin segera memiliki momongan, sebelum dokter mengatakan usianya sangat berisiko untuk persalinan.
Dan semesta seakan mendukung keinginannya. Tuhan menjawab doa-doanya.
Selama sepekan Elyana terus-terusan merasa mual dan tubuhnya melemah. Edy segera membawanya menemui dokter.Â
Betapa gembiranya ketika dia mendengar di rahimnya telah hidup calon buah hati yang dinanti. Elyana lamgsung memeluk suaminya sambil menangis haru.Â
Pernikahan kedua telah memberinya apa yang dia impikan.
Elyana akan segera menjadi seorang ibu. Rasanya tidak ada yang paling dia inginkan di dunia ini.Â
Elyana juga tidak ingin mempermasalahkan apakah Tuhan memberinya bayi laki-laki atau perempuan. Dia percaya anak-anak selalu mempunyai keistimewaannya sendiri.
Hari demi hari begitu menyemangatinya. Wajahnya yang dulu terlihat kaku, kini selalu dihiasi senyum.Â
Elyana merasakan bayinya aktif menendang seakan mengajaknya bermain. Dia pun bertekad akan menjaga kehamilannya agar tetap sehat sampai waktunya tiba.