Hampir sepuluh menit, dan kafe menjadi ramai pengunjung.Â
Tidak biasanya, ataukah pria baik itu sedang tidak sehat dan harus beristirahat di rumahnya?
Aku gelisah, dan menyalahkan diri sendiri.
Kami memang hanya teman minum kopi, kami tidak pernah saling menghubungi lewat ponsel atau nomor kantornya. Ini sudah kesepakatan antara aku dan tuan Glad.Â
"Nona Aska?"
Pria tegap dengan kepala plontosnya. Pak Luke. Mengapa dia yang datang?
"Silahkan duduk, Pak Luke," aku menunjuk kursi yang biasa ditempati tuan Glad.
"Orang yang Anda tunggu..." dia menggantung kalimatnya.
Aku membiarkan pria itu mengumpulkan kalimatnya, yang mungkin tersapu angin musim dingin.
"Tuan Glad sudah terbang ke Indonesia, dua hari yang lalu.Â
Mungkin Anda harus mencari orang lain untuk minum kopi."