Tidak salah jika dia bernama "Glad". Hatinya selalu riang gembira.
*
"Mengapa Anda tidak menulis lagi, Tuan Gembira?"Â
Begitulah. Karena persahabatan yang semakin akrab, dia mengizinkan aku memanggilnya "Tuan Gembira". Kurasa itu lebih cocok.
Dari bincang-bincang kami di akhir pekan, kuketahui dia tak mempunyai istri karena  kecelakaan yang mereka alami sekian tahun yang lalu. Nyonya Sean tewas dalam perjalanan ke rumah sakit, sementara dia sendiri harus kehilangan kakinya. Tragis memang.
"Terkadang seseorang harus mengikuti bisikan hatinya, begitu pula denganku.
Menikmati tulisan para sahabat ternyata jauh lebih renyah."
Dan perbincangan lainnya terus menemani kami.Â
Barista di kedai ini sampai hapal benar, kami datang sendiri-sendiri, dan pulang pun begitu. Tuan Glad akan dibantu supirnya, dan mempersilahkan aku yang meninggalkan tempat lebih dulu.
*
Pada sore yang lain, pada kedai dan kursi yang sama, seperti biasanya aku menunggu tuan Glad untuk menikmati kopi dan berbincang.