“astaga kanaya apa yang kau lakukan?” ia berteriak
Sedang hal yang kulakukan adalah sebaliknya, berusaha melepaskan tangannya dari tanganku.
“Kanaya aku mohon jangan bertindak bodoh” ia kembali berteriak panik, satu tangannya bertumpu pada jendela agar kami tidak tertarik jatuh karena ulahku.
“ssshhh Arka it’s okay, just look at my eyes. Kamu benar Arka didalam sana gelap, aku menyembunyikan sesuatu, salahku selama ini menolakmu untuk keluar dari sana dan tidak membiarkanmu menyelamatkanku dari semua kesia-siaan ini” Arka masih berusaha menarik tanganku namun dengan lebih keras pula aku berusaha melepaskannya.
“ Kanaya aku mohon” teriaknya kalap.
“Sayang, terimakasih atas semua ini, bagaimanapun itu lebih baik dari pada sendirian, maaf aku tak bisa menarik diriku dari kegelapan itu, aku selalu bertanya-tanya apa yang salah denganku. Arka aku tak bisa merelakanmu begitusaja kali ini, aku tak bisa sendirian lagi menjalani semuanya tapi tidak mungkin juga bagiku kembali membuka kesempatan untuk orang lain seperti yang kamu katakan, jadi pada akhirnya aku rasa aku memang harus jatuh, please let me go!” lalu entah dengan kekuatan dari mana aku berhasil melepaskankan tanganku dari lelaki itu.
Aku seolah terbang, tubuhku melayang dan aku membiarkan diriku benar-benar jatuh sepenuhnya kedalam kegelapan dibawah sana, kali ini aku memastikan tak akan pernah membuka hatiku lagi, karena jika itu terjadi kembali, artinya adalah merelakan belati lain megulitiku lebih keji dari pada ini.
Maka dari itu aku memilih mati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI