“mendadak sekali” kataku tercekat
“Ayaa…” ia masih menunduk tak berani menatapku
“selamat ya Arka” suaraku tersendat tapi aku berusaha agar suaraku setenang mungkin.
Sekilas aku melihat ia agak terkejut dengan ucapankutersebut, meski kemudian dia mengerti bahwa aku tak akan membiarkan dia tahu apapun, tentang apa yang ada dikepalaku. Yaa dia memang selalu mengerti.
“habis ini kita mau kemana?” sepertinya ia tidak mau membahas lenbih lanjut tentang pernikahannya.
“aku mau ke apartemen kamu” kali ini dia menunjukan ekspresi terkejutnya dengan jelas “kamu yakin?” tanyanya. “iya, selama ini kan aku gak pernah tahu tentang hidup kamu, beda sama kamu yang udah masuk ke hidup aku, aku pengen tahu tempat tinggal kamu seperti apa, mungkin ini kesempatan terakhir aku buat ngelepas semua ke egoisan aku selama ini, aku tak pernah apa-apa tentang kamu Arka” kataku, kali ini aku yang menunduk
**
Malam sudah larut ketika kami tiba di apartemennya, sebuah apartemen yang terletak di lantai 30 sebuah gedung.
Arka mempersilahkan aku masuk, apartemen dengan satu buah kamar utama dan satu kamar tamu. Cukup rapih untuk tempat tinhgal lelaki sepertinya. Aku melihat-lihat sekitar tempat tidurnya, ada meja kecil disamping ranjang. Terdapat beberapa foto disana, ada foto dia ketika kecil dan dia bersama keluarganya. Aku memandanginya lama, keluarga? Ah sesuatu yang tak pernah kupunya.
"kanaya, kamu mau minum apa?" arka membuka sebuah kulkas kecil yang terletak di pantry.